Parapuan.co - Sutradara perempuan, Upi Avianto atau yang akrab disapa Upi, menyuarakan pentingnya support system untuk perempuan lewat film Sehidup Semati.
Sehidup Semati adalah film yang disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Upi, mulai tayang di bioskop Indonesia 11 Januari 2024.
Film bergenre thriller-horor ini mengangkat cerita tentang perempuan yang sudah ditanamkan dogma sedari kecil bahwa perempuan harus patuh dan tunduk pada laki-laki.
Alhasil, perempuan dalam film Sehidup Semati itu bertahan dalam pernikahan yang toksik dengan suami abusive karena dogma yang ditanamkan padanya dan minimnya support system di sekitarnya.
Perempuan bernama Renata (Laura Basuki) yang jadi karakter utama dalam film Sehidup Semati ini juga terus mengingat pesan yang berbunyi, 'Apa yang sudah disatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan'.
Oleh karena itu, tidak peduli seberapa banyak dan menyakitkan kekerasan yang dilakukan oleh Edwin (Ario Bayu) terhadap dirinya, Renata memilih bertahan. Sedikit sekali orang di sekitarnya yang mendukung Renata untuk berpisah dari suaminya.
"Bahwa banyak sekali dogma-dogma, keyakinan-keyakinan, ayat-ayat yang dipelintir, disalahgunakan, yang akhirnya membuat posisi perempuan itu menjadi sangat lemah, jadi sangat rentan, dan itu terjadi sekian lama, sehingga lahirlah perempuan-perempuan seperti Renata," ucap Upi dalam press conference film Sehidup Semati di Epicentrum XXI, Jakarta, Senin, (8/1/2024).
Upi menggambarkan karakter Renata dalam film Sehidup Semati ini sebagai perempuan yang memang sudah diatur untuk menurut, patuh, dan tidak punya ruang untuk mempertanyakan.
"Perempuan yang memang sudah diatur bahwa perempuan itu harus menurut, patuh, yang dia tidak punya ruang untuk mempertanyakan itu, ruang untuk dia merasa tidak setuju dengan itu karena hal itu memang sudah dirasakan, dia lihat, dia contoh juga di kehidupan keluarganya, ibu dan bapaknya," terang Upi.
Baca Juga: Sinopsis Film Sehidup Semati, Kisah Perempuan Korban KDRT dan Perselingkuhan
Upi sebagai penulis naskah sekaligus sutradara film Sehidup Semati merasa simpati terhadap perempuan-perempuan di luar sana yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga seperti Renata.
"Jadi saya pikir mengerikan sekali ya, jika hal itu dibiarkan terus-menerus, kasihan sekali perempuan-perempuan seperti Renata yang dia tidak punya support system," tambahnya.
Pasalnya, karakter Renata dalam film Sehidup Semati tidak bisa pergi kemana-mana atau bercerita pada siapapun tentang kekerasan yang ia alami karena semua orang di sekitarnya mengalami hal yang sama.
"Jadi ketika ada kekerasan terjadi sama dia, dia nggak bisa kemana-mana karena memang dia tahu sendiri di belakangnya, ibunya juga mengalami hal yang sama. Jadi apa yang harus dilakukan, ya sudah sekadar patuh, tapi memang ya, itu saja yang dia ketahui," ujar Upi.
Lewat film Sehidup Semati, Upi ingin menyuarakan pentingnya support system bagi perempuan, terlebih jika ia mengalami kekerasan dan menjadi korban.
Ia berharap para perempuan bisa punya support system yang bagus, yang mendukungnya agar tidak terjebak dalam hubungan toksik yang menyakiti fisik maupun mental.
"Saya pengin sekali bikin cerita ini supaya tidak ada lagi perempuan-perempuan seperti Renata, dan perempuan-perempuan punya support system yang bagus," ujarnya.
Selain itu, melalui filmnya, Upi juga berharap tidak ada laki-laki seperti karakter Edwin yang abusive dan jadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga.
"Dan tidak ada lagi laki-laki seperti Edwin karena mungkin laki-laki itu menggunakan dalih-dalih, keyakinan-keyakinan itu untuk melakukan pembenaran terhadap apa yang dia lakukan," tegasnya.
Isu yang Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari
Upi mengatakan bahwa isu yang ia angkat dalam film Sehidup Semati sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah soal perempuan yang ditanamkan pemikiran harus menurut pada laki-laki, perempuan harus menjaga nama baik keluarga, dan perempuan yang jadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
"Awalnya memang agak susah karena memang genrenya bukan genre yang umum, ceritanya mungkin beberapa orang merasa ini cerita apa isunya cukup sensitif, tapi sebetulnya kan isunya itu sangat relate banget," ucap Upi.
Akan tetapi, masalah seperti kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh perempuan sering ditutupi dan perempuan merasa takut ketika harus membicarakan hal tersebut pada pihak luar.
"Kita sering banget dengar kejadian-kejadian seperti itu banyak sekali terjadi dan kenapa nggak, dan menurut saya ini selalu ditutup-tutupi dan kadang kala perempuan-perempuan itu selalu takut karena dia harus menjaga nama baik keluarganya, nama baik suaminya, jadi mereka tidak terlalu terbuka," tambahnya.
"Jadi saya pikir, ya, sudah saatnya juga ada cerita-cerita seperti ini tanpa mengecilkan apapun dan siapapun. Ini adalah realita yang sangat dekat banget dengan kita semua di sini," pungkasnya.
Baca Juga: Film Sehidup Semati Rilis Trailer Resmi, Angkat Isu KDRT dan Perselingkuhan
(*)