Tak hanya itu, anak-anak dengan harga diri rendah mungkin melakukan intimidasi sebagai cara untuk menutupi harga dirinya.
Misalnya, remaja yang menindas saudara kandung sendiri dapat memicu terjadinya perundungan di sekolah.
Ketika seorang menyiksa adiknya, maka korban pun mungkin merasa tidak berdaya.
Jadi untuk mendapatkan kembali perasaan berkuasa tersebut, anak-anak ini kemudian menindas orang lain, bahkan terkadang meniru tindakan kakaknya.
4. Kesenangan
Anak-anak yang bosan dan mencari hiburan terkadang melakukan intimidasi untuk menambah kegembiraan dan drama dalam hidup mereka.
Mereka juga mungkin memilih untuk melakukan intimidasi karena kurang perhatian dan pengawasan dari orang tuanya.
Kondisi tersebut mengakibatkan remaja melakukan bullying sebagai pelampiasan untuk mendapatkan perhatian.
Selain itu, remaja yang kurang rasa empati juga sering kali senang menyakiti perasaan orang lain.
5. Tekanan Teman Sebaya
Tak jarang anak-anak menindas orang lain agar cocok dengan suatu kelompok, meskipun itu berarti bertentangan dengan penilaian mereka.
Sering sekali pelaku ini lebih mementingkan penyesuaian diri dan diterima daripada khawatir tentang konsekuensi penindasan.
Seiring berjalannya waktu, anak-anak akan melakukan intimidasi karena mereka hanya ikut-ikutan saja.
Rasa takut tidak diterima atau takut menjadi sasaran berikutnya dapat menyebabkan anak melakukan perundungan secara berkelompok.
Itu dia berbagai alasan mengapa remaja melakukan bullying pada temannya yang tentunya hal tersebut salah serta tidak dapat dibenarkan.
Maka dari itu penting bagi para orang tua untuk menghentikan perilaku buruk ini dan mengatasi masalah dasar pemicu bullying.
Baca Juga: Mental Exhaustion Viral di TikTok, Ini Gejala dan Penyebabnya
(*)