Konsep free-range parenting mencuat pada 2008 silam, berdasarkan tulisan dari kolumnis Lenore Skenanzy.
Lenore Skenanzy menulis sebuah artikel berjudul "Mengapa Aku Mengizinkan Anakku yang Berusia 9 Tahun Naik Kereta Bawah Tanah Sendiri".
Bukan mengabaikan, Lenore Skenanzy sudah memastikan anaknya bisa membaca peta dan telah membekali uang saku pada buah hatinya.
Orang yang tidak sependapat dengan Skenanzy bisa saja berpendapat bahwa ia terlalu cuek pada anaknya. Namun, benarkah demikian?
Ketahui dulu karakteristik free-range parenting agar tidak merasa sudah mengabaikan anak ketika kamu menerapkan pola asuh ini.
Karakteristik Free-Range Parenting
1. Orang Tua Memperbolehkan Anak Punya Banyak Kegiatan Tanpa Jadwal
Alih-alih bergegas dari pelajaran biola ke latihan sepak bola setiap hari, orang tua ala free-range mendorong anak berkegiatan dengan bebas tanpa struktur.
Baca Juga: Cara Menerapkan Parallel Parenting, Pengasuhan Anak bagi Pasangan Berpisah