Mengenal Gerakan 4B di Korea Selatan yang Viral di TikTok untuk Lawan Patriarki dan Misogini

Tim Parapuan,Citra Narada Putri - Sabtu, 2 Maret 2024
Aksi 4B yang viral di TikTok untuk melawan budaya patriarki.
Aksi 4B yang viral di TikTok untuk melawan budaya patriarki. (Getty Images/Carlos Barquero Perez)

Parapuan.co - Di Korea Selatan saat ini tengah gencar menyuarakan gerakan 4B dan aksi tersebut sedang jadi perbincangan viral di TikTok.

Gerakan 4B atau 4B movement yang sedang viral di TikTok ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat Korea Selatan.

Bahkan, sejumlah politisi, figur ternama hingga Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, menyalahkan kelompok feminis karena menginisiasi gerakan yang viral di TikTok tersebut.

Pasalnya, menurut sebagian orang, gerakan 4B inilah yang menyebabkan rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan.

Sebagai informasi, Korea Selatan mencetak rekor baru sebagai negara dengan angka kelahiran terendah di dunia, seperti melansir dari South China Morning Post.

Rata-rata jumlah bayi yang diharapkan dari seorang perempuan Korea Selatan selama masa reproduksinya turun menjadi 0,72 pada tahun 2023, dari sebelumnya 0,78 pada tahun 2022.

Dengan temuan baru tersebut, kemudian sebagian kelompok masyarakat menyalahkan perempuan dan gerakan 4B atas rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan.

Lantas, apa itu gerakan 4B atau 4B movement yang banyak dilakukan perempuan di Korea Selatan ini?

Gerakan 4B adalah aksi feminis yang dilakukan sejumlah orang di Korea Selatan sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap budaya patriarki dan misogini yang mengakar kuat di Negeri Ginseng tersebut. 

Baca Juga: Banjir Kritik dan Tuduhan Patriarki Setelah Margot Robbie dan Greta Gerwig Tak Masuk Nominasi Oscar 2024

Mengutip bnnbreaking.com, 4B yang sedang viral di TikTok ini adalah kepanjangan dari bihon, bichulsan, biyeonae dan bisekseu. Adapun arti dari masing-masing kata tersebut adalah:

1. Bihon (비혼) artinya no marriage atau tidak ada pernikahan.

Ini menandakan penolakan untuk berpartisipasi dalam pernikahan tradisional yang seringkali melanggengkan ketidaksetaraan gender.

2. Bichulsan (비출산) artinya no childbirth atau tidak boleh melahirkan.

Aspek dari gerakan ini adalah untuk menantang ekspektasi masyarakat bahwa perempuan harus mempunyai anak. Hal ini menyoroti tekanan yang diberikan pada perempuan untuk memprioritaskan peran sebagai ibu di atas aspek lain dalam kehidupan mereka.

3. Biyeonae (비연애) artinya no dating atau dilarang berkencan.

Dengan menolak hubungan romantis, gerakan 4B bertujuan untuk membongkar norma dan ekspektasi gender yang berbahaya terkait dengan kencan atau pacaran.

4. Bisekseu (비섹스) artinya no sex atau tidak ada seks.

Aspek ini menentang objektifikasi perempuan dan mendobrak gagasan bahwa tubuh mereka ada semata-mata untuk kesenangan laki-laki saja.

Baca Juga: Kehidupan Perempuan dan Tantangannya, Tak Seindah Kisah Emily in Paris

Akar Masalah Gerakan 4B

Walaupun dikecam oleh sejumlah kalangan, namun gerakan 4B ini juga mendapatkan dukungan dari sebagian masyarakat. 

Salah satunya seperti yang disuarakan oleh pengguna TikTok @izzermcglizzer, mengenai gerakan 4B.

@izzermcglizzer its also working bcs south korea has a low birth rate now ???????? im all for leaving partriarchy behind entirely #4bmovement ♬ An der schönen, blauen Donau, Op. 314 - RIAS-Symphonie-Orchester & Ferenc Fricsay

Dalam unggahannya yang viral di TikTok tersebut, ia mengatakan bahwa perempuan lebih baik punah (karena rendahnya angka kelahiran) daripada harus berurusan dengan omong kosong laki-laki (patriarki dan misogini).

"Dan laki-laki bersikap menjadi lebih buruk hingga mereka lebih baik melihat perempuan punah daripada berubah (sikap) menjadi lebih baik," ujarnya dalam video tersebut.  

Apa yang disampaikan oleh content creator @izzermcglizzer adalah salah satu bentuk frustasi dari apa yang kerap terjadi pada perempuan di Korea Selatan, yang juga menjadi akar masalah terbentuknya gerakan 4B.

Karena sebenarnya aksi 4B ini bertujuan untuk menyuarakan hak yang sama dan kesejahteraan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Adapun budaya patriarki yang ditolak di Korea Selatan ini lantaran karena praktiknya yang menyebar hampir ke banyak aspek kehidupan perempuan di Negeri Gingseng itu.

Aspek tersebut melingkupi pembagian kerja yang tidak setara dan rasa frustasi yang mengharuskan perempuan menanggung beban dalam urusan rumah tangga.

Baca Juga: Cerita Raisa dan Inez Soal Beban Ganda Wanita Karir saat Pandemi

Beban tersebut yaitu perempuan diharuskan untuk bisa mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, tetapi sangat kurang dukungan akan keadaan si ibu bekerja ini.

Bahkan, perempuan lebih mungkin untuk berhenti dari pekerjaannya setelah mereka menikah dan memiliki anak.

Ironisnya lagi, Korea Selatan mempunyai kesenjangan upah berdasarkan gender yang terbesar di antara negara-negara kaya, dimana perempuan mempunyai penghasilan 31 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki, seperti melansir The Cut.

Dan perempuan masih menghadapi diskriminasi yang luas di pasar tenaga kerja, sesuatu yang diakui oleh gerakan 4B ini.

Penyulut lainnya akan masalah ini yaitu melonjaknya biaya rumah tangga, pendidikan, dan kebutuhan ekonomi lainnya. 

Jadi, tak hanya menyuarakan permasalahan kesetaraan gender, gerakan 4B ini juga menyuarakan isu sosial.

Akar gerakan feminis lainnya yaitu juga dipicu oleh banyaknya diskriminasi yang terjadi kepada perempuan, salah satunya yaitu pelecehan seksual.

Melansir dari The Guardian, perempuan Korea Selatan terus menghadapi seksisme sehari-hari, termasuk kejahatan seks digital yang meluas.

Sekitar 80 persen penyintas kejahatan spy cam adalah perempuan, 98 persen pelakunya adalah laki-laki.

Dengan berbagai ketidakadilan yang dihadapi perempuan di Korea Selatan inilah yang memantik munculnya gerakan 4B. 

Maka untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukannya evaluasi ulang terhadap ekspektasi dan norma-norma masyarakat yang menindas dan mendukung ketidaksetaraan gender, yang merugikan perempuan di Korea Selatan.

Bagaimana menurut Kawan Puan mengenai gerakan 4B ini? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar yah.

(*)

Baca Juga: Mensos Tri Rismaharini Ungkap Perempuan dan Laki-Laki Setara, Namun Masih Tersandung Budaya

  

(*)

Josephine Christina Arella/PARAPUAN

Sumber: The Cut,south china morning post,The Guardian,BNN Breaking
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Wamen PPPA Veronica Tan: Mendidik Guru Berarti Membangun Generasi yang Lebih Baik