"Di usia saya 35, saya pengin banget hidup saya berdaya. Saya buatlah yayasan, namanya Belantara Budaya Indonesia, punya sekolah tari tradisional gratis, sekarang itu sudah ada 20 sekolah, siswanya 8000 lebih, ada di Jakarta, Bandung, Bogor," ceritanya.
Tak cuma di daerah sekitar Jakarta, Diah menceritakan bahwa sekolah gratisnya ini juga ada di Cirebon, bahkan Nusa Tenggara Timur (NTT). "Cirebon, NTT ada, paling jauh NTT ada," ungkapnya.
Menariknya, Diah tak hanya mendirikan sekolah tari gratis untuk siswa umum, namun juga untuk siswa difabel. Ia mendirikan sekolah tari gratis yang inklusif ini bersama dengan pihak lain yang mensponsorinya.
"Kemarin juga baru diresmikan sekolah khusus difabel dan penuh (siswanya). Jadi punya sekolah difabel dua dan inklusi dua. Jadi ada 16 sekolah untuk umum," jelasnya.
Tantangan Tahun Ketiga dan Pikiran untuk Berhenti
Selama perjalanannya mendirikan dan mengelola Belantara Budaya, Diah sang Srikandi untuk Negeri tentu menghadapi tantangan.
Salah satu tantangan yang ia hadapi di tahun ketiga berdirinya Belantara Budaya adalah masalah finansial dan pendanaan. Diah sempat kehabisan uang untuk operasional yayasan.
Tak pernah sebelumnya ia kehabisan uang sampai hanya ada angka nol di rekening, Diah benar-benar sempat akan memutuskan untuk menutup yayasannya.
"Nah pas tiga tahun, sebelumnya saya belum pernah nih, morat-marit urusan keuangan," tuturnya.
Baca Juga: Maureen Hitipeuw, Srikandi untuk Negeri Pendiri Komunitas Single Moms Indonesia