"Saya pikir bikin yayasan itu gampang, bikin produk, bikin social media campaign, orang-orang datang, ternyata tidak semudah itu yang namanya yayasan, sekolah gratis mumetnya luar biasa," ceritanya.
Diah yang juga dikenal sebagai Ibu Yayasan itu pun menceritakan masalah yang ia hadapi kepada sang papa. Ia mengeluarkan keluh kesahnya, dan pikirannya untuk berhenti mengelola yayasan.
"Sampai saya bilang ke papa saya, 'Saya mau nyerah jadi orang baik,' karena ternyata pusing sekali mengurusi orang," ucapnya.
Bangkit dan Kembali Wujudkan Impian
Saat sudah yakin untuk memberhentikan Belantara Budaya, Diah seolah ditunjukkan oleh Tuhan alasan agar tidak menyerah dan terus mewujudkan impiannya untuk memberdayakan orang lain.
"Suatu hari saya mau stop nih, udah nih kayaknya mau stop udah tiga tahun saja, pas waktu itu saya di mobil di sekolah saya, saya lagi sedih jadi nggak turun menyapa yang lain seperti biasa, sambil mikir mau berhenti atau nggak, udah galau," tuturnya.
"Tiba-tiba saya lihat dari spion saya, 'Dah ayah', ayahnya loper koran mengantarkan anaknya sekolah di tempat saya," tambahnya.
Diah juga melihat anak-anak lain turun dari mobil, dari bajaj, melihat anak difabel untuk sekolah tari gratis di tempatnya. Ia juga didatangi oleh salah seorang ibu dari siswanya.
"Lalu ada lagi ibu-ibu datang, 'Kak Diah, terima kasih ya, berkat Kak Diah anak saya yang down syndrome jadi percaya diri'," tutur Diah menirukan ucapan ibu dari siswanya.
"Hari itu saya dikasih Tuhan lihat langsung dari spion saya. Saya langsung berpikir, 'Waduh kalau saya hentikan program saya, apa yang terjadih nih, apakah ada framing lagi seperti itu dalam kehidupan saya'," pungkasnya.
Alhasil, dengan tanpa menyerah, hingga sampai saat ini, Diah Kusumawardani Wijayanti sang Srikandi untuk Negeri terus berjalan dan memberdayakan orang di sekitarnya lewat Belantara Budaya Indonesia.
Baca Juga: Rode Ajomi, Srikandi untuk Negeri dari Papua Jadi Perempuan Pertama di Eksekutif Freeport
(*)