Hari Perempuan Internasional: Perempuan dan Dampak Krisis Iklim yang Tak Bisa Dipisahkan

Linda Fitria - Jumat, 8 Maret 2024
Perempuan dan perubahan iklim
Perempuan dan perubahan iklim golfcphoto

Parapuan.co - Kawan Puan, hari ini kita bersama-sama merayakan International Women's Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret.

Di hari ini, setiap perempuan harus sadar bahwa dirinya berdaya, berharga, dan punya nilai yang patut dibanggakan.

Setiap tahunnya, Hari Perempuan Internasional sendiri selalu mengangkat tema yang berbeda. Kali ini adalah Invest in Women: Accelerate Progress.

Tema ini mengandung makna bahwa isu-isu perempuan terutama kesetaraan dan kesejahteraan masih jadi aspek yang perlu diperhatikan.

Ada lima bidang utama yang hendak diangkat dalam tema ini untuk memastikan perempuan makin berdaya, yakni:

  1. Berinvestasi pada Perempuan: Masalah Hak Asasi Manusia.
  2. Mengakhiri Kemiskinan.
  3. Menerapkan Pembiayaan Responsif Gender.
  4. Peralihan Sistem Perekonomian.
  5. Mendukung Perubahan Feminis

Dari kelima bidang itu, mengakhiri kemiskinan menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus dituntaskan.

Pandemi, gejolak ekonomi, hingga bencana iklim atau krisis iklim menjadi sedikit dari banyak penyebab perempuan akhirnya menjadi kelompok paling rentan yang terdampak.

Khalisah Kalid, Public Engagement and Action Manager, dan Political Working Group Leader Greenpeace Indonesia mengatakan, krisis iklim tidak bisa dipandang secara netral gender.

Artinya, ada dampak besar yang dirasakan perempuan, namun tidak dirasakan oleh laki-laki terkait adanya krisis iklim atau bencana iklim.

Baca Juga: Sambut Hari Perempuan Internasional, Ada Program Women in Entrepreneurship yang Bisa Dicoba

"Krisis iklim itu bukan sesuatu yg netral gender, krisis iklim memang dialami semua iya betul, tapi pada perempuan itu berbeda,"

"Ada pengalaman yang berbeda, ada latar belakang yang berbeda, ada konstruksi sosial yang beda, yang memengaruhi itu. Karena itu krisis iklim nggak bisa dilihat netral gender," katanya kepada PARAPUAN, Senin, (26/2/2024).

Ada banyak dampak besar yang membuat perempuan menjadi kelompok yang dirugikan. Apa saja?

Rantai Kemiskinan yang Tak Putus

Banyak dampak yang dirasakan perempuan karena krisis iklim yang terjadi, salah satunya pemiskinan.

Seperti kita tahu, krisis iklim disebut menjadi salah satu penyebab harga-harga sembako menjadi naik.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo Selasa (2/1/2024), "Beras ini (harganya naik) di semua negara ya, karena perubahan iklim, ada super El Nino."

Akibatnya, perempuan yang berperan penting dalam pengaturan keuangan di rumah pun menjadi terdampak akan krisis iklim ini.

Belum lagi jika kita berbicara soal perempuan di keluarga miskin. Kenaikan harga-harga ini tentu sangat memengaruhi kelangsungan hidup.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Grant Thornton Soroti Pentingnya Perempuan Memiliki Kepercayaan Diri

"Perempuan tuh yang ngatur keuangan, naiknya beras, harga kebutuhan pokok semakin mempersulit perempuan. Itu bentuk pemiskinan. Udah tau kita rentan krisis iklim, tapi kebijakan pemerintah enggak pernah serius soal politik pangan. Ancaman krisis iklim itu akan menyebabkan kita mengalami krisis pangan," kata Khalisah atau yang akrab disapa Alin.

Pada akhirnya, rantai kemiskinan makin berlanjut dan sulit untuk diputuskan. Bahkan bisa makin buruk, berujung pada pernikahan dini yang dianggap sebagai solusi tercepat.

"Pemiskinan terhadap perempuan dialami perempuan ketika krisis iklim terjadi. Dan turunannya ada lagi, pada keluarga yang miskin, bahkan kekerasan pada perempuan di ranah lain, seperti pernikahan dini," kata Alin.

Kesehatan Perempuan yang Terancam

Tak hanya itu, krisis iklim juga berdampak besar pada kesehatan reproduksi perempuan.

Pengalaman perempuan yang berbeda dari laki-laki, menjadikan perempuan kelompok yang paling berisiko terhadap krisis iklim ini, terutama jika membahas kesehatan reproduksi.

Perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Artinya, kebutuhan akan air akan jauh lebih banyak dari laki-laki. Jika krisis iklim terus terjadi, bukankah perempuan lagi yang merugi?

"Kita punya pengalaman menstruasi yang laki-laki nggak punya itu. Tapi ketika air tercemar ya tentu risiko kesehatan reproduksi sangat besar," imbuh Alin.

Belum lagi jika kita bicara polusi udara. Meski semua merasakan dampaknya, bagaimana dengan para ibu hamil? Tentu risikonya jauh lebih besar.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Momen Penting untuk Mendorong Kesetaraan Gender di Tempat Kerja

Karenanya, dalam memandang krisis iklim, kita tidak bisa melihatnya dari satu sudut pandang saja. Ada banyak lapisan perempuan yang punya keresahan berbeda dan tentu membutuhkan solusi yang berbeda.

"Dampak pada perempuan ada lapis-lapisnya. Misalnya polusi aja sebagai contoh, pada perempuan hamil dampaknya lebih besar, dan lebih besar lagi pada perempuan secara sosial ekonomi di bawah,"

"Setiap elemen pada perempuan harus kita lihat, perempuan nelayan, perempuan petani, perempuan muda. Kita mesti melihat secara kritis," tambah Alin.

Ancaman Kekerasan Gender

Krisis iklim juga membawa dampak pada meningkatnya potensi kekerasan gender, terutama di negara yang rawan terjadi bencana.

Saat terjadi bencana, banyak warga yang harus mengungsi termasuk perempuan-perempuan. Saat itulah potensi kekerasan gender meningkat.

Alin menjelaskan, "bencana di Indonesia itu bencana iklim. Dalam setiap bencana dan pengungsi, ada banyak temuan ketika terjadi bencana dan mengungsi ada kekerasan dialami perempuan di pengungsian."

Hal itu tentu jadi pekerjaan rumah yang tak mudah. Perempuan sebagai kelompok rentan tak boleh melemahkan dirinya sendiri.

Memang, ada banyak risiko dan tantangan berat yang harus kita hadapi, namun bukan berarti asa itu tak ada.

Di Hari Perempuan Internasional ini, kita sebagai perempuan harus menyadari bahwa kita kuat dan berdaya, meski sering dipandang sebelah mata.

Alin menambahkan, bahwa sebagai perempuan, kita harus menghargai setiap pengalaman yang kita alami. Sebab, pengalaman-pengalaman itulah yang membuat kita kuat.

"Pengalaman setiap perempuan itu penting untuk kita kenali. Itu lebih kuat," kata Alin.

Dengan menghargai pengalaman itu, setiap perempuan bisa menyuarakan keresahannya dan bersama-sama mencari jalan keluar dari masalah yang ada.

Selamat Hari Perempuan Internasional, Kawan Puan!

Baca Juga: Tema Hari Perempuan Internasional 2024: Wujudkan Kesetaraan Gender di Berbagai Aspek

 

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

Viral Anak Bos Roti Lakukan Aniaya, Perlindungan Hukum Pekerja Perempuan Kurang Optimal?