Pertama karena perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Hal itu membuatnya membutuhkan air lebih banyak dari laki-laki.
Jika krisis iklim terjadi, tentu persediaan air bersih pun sulit di dapatkan dan ancaman penyakit reproduksi bisa menimpa perempuan.
Belum lagi saat bicara polusi buruk yang berbahaya bagi ibu hamil.
"Dampak pada perempuan ada lapis-lapisnya. Misalnya polusi aja sebagai contoh, pada perempuan hamil dampaknya lebih besar, dan lebih besar lagi pada perempuan secara sosial ekonomi di bawah," imbuh Alin.
Dan masih banyak lagi dampak krisis iklim yang dirasakan perempuan yang tentunya tidak boleh kita abaikan.
Untuk itu, sebagai perempuan berdaya kita harus bisa menolong diri kita sendiri.
Menurut Alin, ada banyak hal yang bisa perempuan lakukan untuk memitigasi ancaman krisis iklim karena perempuan adalah sosok yang kuat.
"Yang justru punya daya lenting lebih kuat itu perempuan, termasuk udah banyak cerita perempuan komunitas, perempuan adat, bahkan perempuan muda membangun daya lentingnya. Kalau kita nunggu pemerintah kita udah keburu meninggal. Kita harus survive sendiri," tutur Alin.
Solusi yang bisa kita lakukan adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: 5 Tips Jaga Kesehatan Anak di Tengah Perubahan Iklim yang Tak Menentu