Parapuan.co - Bukan hanya fisik dan asupan nutrisi saja yang penting untuk diperhatikan oleh para perempuan ketika masuk dalam masa kehamilan.
Kesehatan mental para ibu hamil juga sama krusialnya untuk dijaga demi tumbuh kembang janin yang baik.
Sesederhana menjaga kesehatan mental para ibu agar tidak terlalu tenggelam dalam stres yang berkepanjangan.
Seperti disampaikan oleh Lieke Puspasari, M.S.M., M. Psi., C.H., C.Ht., konselor klinik First Care, bahwa stres pada ibu hamil biasanya terjadi mulai kehamilan trimester pertama.
Kondisi stres pada ibu hamil bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari tak terbiasa dengan perubahan pada tubuhnya, ketidaknyamanan saat beraktivitas hingga kondisi sekitar yang tidak kondusif hingga karena kondisi hormonal yang fluktuatif.
Diingatkan oleh Lieke, bahwa stres adalah hal wajar yang terjadi selama kehamilan.
Namun, stres yang kronis dapat berdampak negatif pada ibu dan janin yang sedang berkembang.
“Ketika kita (ibu hamil) semakin stres, hormon kortisol akan semakin meningkat. Ini akan membuat kita menjadi sedih, ketakutan dan merasa tidak mampu menjadi seorang ibu. Dan itu (perasaan sedih dan stres) bisa dirasakan oleh janin,” ujar Lieke.
Hormon-hormon tersebut dapat melewati plasenta dan mempengaruhi perkembangan bayi.
Baca Juga: 6 Makanan Tinggi Asam Folat, Bantu Kurangi Risiko Ibu Melahirkan Bayi Down Syndrome
Kadar kortisol yang tinggi dapat memperlambat pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko kelahiran prematur (lahir sebelum 37 minggu) dan berat badan lahir rendah.
Selain itu, anak-anak yang terpapar stres sebelum lahir mungkin memiliki peningkatan risiko masalah perilaku.
Mulai dari gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), kecemasan, hingga depresi.
Maka dari itu penting untuk diingat, menurut Lieke, semua emosi yang dilalui oleh ibu hamil juga akan dirasakan oleh janin.
Sehingga penting bagi ibu hamil, pasangan dan keluarga di sekitarnya untuk turut membantu mengelola stres agar tidak berdampak panjang.
“Lakukanlah hal yang menyenangkan, sehingga pikiran jadi positif. Lakukan hal yang bisa bikin kita happy, tubuh nyaman dan pikiran enak,” ujarnya.
Misalnya saja seperti berolahraga, mengonsumsi makanan yang kita inginkan, hingga tidur cukup.
Kebiasaan Afirmasi Positif
Kebiasaan afirmasi positif, bisa menjadi alat yang penting bagi ibu hamil untuk mengatasi stres hingga kecemasan.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Insecure Karena Bentuk Tubuh, Biasakan Self Talk
Seperti disampaikan oleh Lieke, ibu hamil akan mengalami perubahan emosi yang signifikan, yang mana bisa membuat mereka mengalami kecemasan.
Afirmasi positif pun ternyata dapat membantu ibu hamil melawan perasaan stres dan cemas, dengan meningkatkan kepercayaan diri.
Termasuk juga membuat ibu hamil lebih fokus pada hal-hal yang lebih positif, bahagia dan menikmati proses kehamilannya.
Menariknya lagi, menurut Lieke, kebiasaan afirmasi positif ini bukan hanya baik bagi kesehatan mental ibu hamil itu sendiri, tapi juga pada psikologis bayinya kelak.
“Hal itu (kesehatan mental ibu hamil) perlu sangat dijaga. Karena ternyata apa yang kita katakan atau pikirkan, bisa memengaruhi psikologis bayi,” ujar Lieke mengingatkan.
Maka dari itu, Lieke juga mengingatkan kepada para ibu hamil untuk mengatakan hal-hal yang baik pada masa kehamilannya.
Misalnya seperti menyapa bayi yang masih dalam kandungan dengan panggilan sayang, mengatakan bahwa kehadiran si kecil akan memberikan kebahagiaan bagi keluarga dan lain sebagainya.
Lebih dari itu, afirmasi positif yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan bayi dapat mempererat ikatan atau bonding antara ibu dan anak.
Misalnya dengan memvisualisasikan bayi yang sehat dan bahagia dapat menimbulkan rasa tenang dan optimis.
“Bonding itu sangat penting. Dan ternyata (bonding) itu bisa dibangun dari masa kehamilan,” paparnya lagi.
(*)
Baca Juga: 3 Jenis Penyakit yang Menyerang Perokok Pasif, Awas Gangguan Kehamilan