Selain Kehamilan Usia Muda, Ini Tantangan Mencapai Kesetaraan Kesehatan di Wilayah Papua

Saras Bening Sumunar - Jumat, 19 April 2024
Ilustrasi dokter di wilayah terpencil.
Ilustrasi dokter di wilayah terpencil. Freepik

Parapuan.co Hari Kartini bukan hanya menjadi momen untuk mengenang jasa pahlawan perempuan ini.

Namun, Peringatan Hari Kartini juga menjadi momen yang tepat untuk mengapresiasi peran perempuan dari berbagai lini kehidupan, termasuk dari segi kesehatan.

Pada Jumat (19/4/2024), TikTok menggelar webinar bertajuk "Dari Perempuan, Untuk Perempuan".

Webinar tersebut menghadirkan dua kreator perempuan dr. Amira, SpOG dan bidan Wike Afrilia Patungka.

Kedua perempuan ini memiliki peran besar dalam meningkatkan literasi kesehatan perempuan Indonesia melalui profesi, edukasi, dan advokasi di bidang kesehatan.

Lewat konten-konten video pendek maupun siaran langsung di TikTok, dr. Amira, SpOG dan Wike Afrilia Patungka terus memberikan edukasi yang memberikan dampak positif bagi sesama.

Sebagai informasi, dr. Amira, SpOG merupakan seorang dokter spesialias Obstetri dan Ginekologi.

Ia adalah satu-satunya dokter perempuan di Fakfak, Papua Barat.

Selain mendedikasikan dirinya di Papua Barat, dr. Amira juga aktif memberikan edukasi pada masyarakat khususnya tentang kesehatan perempuan.

Baca Juga: Pentingnya Konsumsi Susu Supaya Kondisi Berpuasa Tetap Sehat

Dokter Amira mengatakan bahwa pertama kali ditugaskan di Fakfak, Papua Barat sebagai seorang dokter umum.

Namun ketika sampai di Papua, ia mendapati fakta bahwa banyak perempuan hamil, perempuan usia tua, dan perempuan di bawah umur yang membutuhkan pelayanan kesehatan di bidang kandungan dan kebidanan.

Dari situ, dokter Amira bertekad untuk melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis dan bersedia ditugaskan kembali di Fakfak untuk mengisi kekosongan pelayanan kesehatan.

Webinar Dari Perempuan untuk Perempuan.
Webinar Dari Perempuan untuk Perempuan. Liputan TikTok

"Di sana (saat sampai di Papua Barat) saya banyak melihat kenyataan bahwa perempuan hamil, usia tua, perempuan di baawah umur yang ternyata banyak membutuhkan pelayanan kesehatan di bidang kandungan dan kebidanan," ucap dr. Amira.

"Dari situ saya tertarik melanjutkan pendidikan dan mendapatkan beasiswa dari Kemenkes," imbuhnya

Sebagai dokter yang bertugas di wilayah terpencil, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh dr. Amira salah satunya memberikan edukasi pada masyarakat.

"Komunikasi kita harus pakai hati, kita datang sebagai keluarga. Jadi enggak bisa kita mengoreksi hal-hal puluhan tahun yang sudah menjadi budaya," imbuhnya.

Baca Juga: 6 Dampak Gangguan Hormon pada Perempuan, Ketahui Pula Gejalanya

Hal serupa rupanya juga dialami oleh Wike Afrilia Patungka.

Perempuan asal Sulawesi ini sudah bertugas menjadi bidan di pedalaman Papua sejak 2017 lalu.

Sehari-hari, Wike aktif memberikan edukasi pada masyarakat Papua terkait sistem reproduksi perempuan.

Meski begitu, masih banyak kesulitan yang ia alami dalam memberikan pemahaman pada masyarakat.

Bukan itu saja, kepercayaan akan banyak anak banyak rezeki juga masih mendarah daging.

Hal inilah yang membuat Wike sering menemui ibu melahirkan banyak anak apalagi mereka masih berusia muda.

"Pada saat datang di situ ada banyak mama-mama yang menggendong anak sampai tiga anak sekaligus, anak yang masih kecil sudah punya anak juga, dan dari situ saya miris dengan kehidupan yang ada di kedalaman Papua," ucap Wike.

Berawal dari kejadian tersebut, Wike mulai mendekatkan diri dengan masyarakat untuk mengedukasi tentang sisi kesehatan kehamilan anak di bawah umur maupun risiko melahirkan banyak anak.

Di era modern seperti saat ini, masih banyak perempuan-perempuan di pelosok Indonesia yang belum teredukasi tentang isu-isu kesehatan terutama tentang kandungan dan kebidanan.

Apa yang dilakukan oleh dr. Amira dan Wike menjadi bentuk dukungan dan upaya mengedukasi perempuan lain untuk mencapai kesetaraan kesehatan.

Baca Juga: Kata Ahli, Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Perempuan Perlu Dilakukan Sejak Usia Segini

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Komnas Perempuan Buka Lowongan Kerja Staf Unit Pengaduan, Ini Syaratnya