Marak Kasus Bayi Dibuang, Ini Risiko yang Kelak Bisa Dialami Anak

Tim Parapuan - Selasa, 30 April 2024
Ilustrasi anak yang terdampak trauma psikologis.
Ilustrasi anak yang terdampak trauma psikologis. (Getty Images/simarik)

Parapuan.co - Kehamilan tidak diinginkan (KTD) menjadi salah satu akar permasalahan marak terjadinya kasus bayi dibuang di Indonesia.

Berdasarkan temuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terdapat 192 kasus penemuan bayi terlantar sepanjan tahun 2023.

KPAI memprediksi bahwa angka ini jauh lebih tinggi, mengingat masih banyak kasus bayi terlantar atau dibuang yang tidak dilaporkan.

Seperti disampaikan oleh Counselor First Care Clinic, Lieke Puspasari, melalui wawancara dengan PARAPUAN (22/4/2024), bahwa ada banyak penyebab seseorang membuang bayinya.

Mulai dari hubungan seksual di luar nikah, ketidaksiapan mental, stigma sosial hingga faktor ekonomi.

Terlepas apapun alasannya, tak dapat dimungkiri bahwa bayi yang dibuang bisa berdampak pada anak-anak.

1. Emosi Anak Ikut Tidak Stabil

Lieke menuturkan bahwa kehamilan tidak diinginkan seringkali membuat si ibu merasa sedih terus menerus.

Tanpa disadari, kesedihan yang berlarut-larut ini turut dirasakan oleh si bayi dalam kandungan.

Baca Juga: Cegah Bayi Dibuang, Ini yang Perlu Dilakukan Jika Orang Terdekat Alami Kehamilan Tidak Diinginkan

"Anak itu pada saat 0 bulan udah terjadi pertumbuhan di dalam rahim ibu. Pertumbuhan itu enggak hanya janin bulan ke bulan, tetapi juga emosi," tutur Lieke.

Artinya, anak sejak masa kandungan sudah bisa merekam dan merasakan emosi ibunya, sehingga bisa memengaruhi pertumbuhan perasaannya pula.

"Saat bayi merasakan (emosi negatif), pertumbuhannya bisa terhambat," lanjutnya.

2. Bayi Lahir Prematur

Kondisi ketidakstabilan emosi itulah yang biasanya menjadi alasan anak terlahir prematur.

Seperti yang sudah banyak dipahami, bahwa anak yang lahir prematur lebih rentan daya tahan tubuh dan kesehatannya.

"Umur enam-tujuh bulan karena memang secara psikologis ibunya gak kuat, itu mempengaruhi perkembangan janin," terang Lieke.

3. Anak Kelak Jadi Sulit Diatur atau Alami Kondisi Kesehatan Tertentu

Pada kasus-kasus tertentu, bayi yang diterlantarkan pun ditempatkan di panti asuhan atau diadopsi oleh keluarga lain.

Baca Juga: Marak Bayi Dibuang dari Kehamilan Tidak Diinginkan, Ini 3 Solusinya!

Namun, sekalipun bayi dibuang diadopsi oleh keluarga yang siap mempunyai anak, tetap tidak menutup kemungkinan anak tersebut lebih sulit tumbuh dengan baik.

Itulah yang akhirnya berdampak pada sikap atau karakter anak yang sulit diatur, bandel, aktif hingga enggan mendengar ucapan orang.

Lieke pun menyampaikan, perilaku itu bukanlah suatu hal yang bisa dikontrol si anak, bahkan ia sendiri pun tidak mengerti akan perilakunya.

Pada kondisi yang lebih parah, anak dibuang bisa mengalami masalah seperti Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (ADHD).

"Ibu yang secara mental down tidak mengharapkan bayinya, ke pertumbuhan dan perkembangan anak tuh luar biasa pengaruhnya," tutup Lieke.

Maka dari itu, perlu adanya persiapan yang matang untuk mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan yang berujung pada kasus bayi dibuang.

Atau, jika Kawan Puan menemui orang-orang terdekat mengalami kehamilan tidak diinginkan dan menunjukkan ciri pengabaian anak pada sang ibu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Mulai dari memahami kondisi si ibu tanpa menghakimi, memberikan dukungan fisik dan emosional yang tulus hingga hindari membuka luka lamanya.

Sebagai keluarga, sahabat atau orang terdekat, Kawan Puan turut punya andil untuk mencegah terjadinya kasus bayi dibuang dengan sama-sama memberikan dukungan untuk perempuan lainnya. 

Baca Juga: Viral di TikTok, 3 Fakta Nana Mirdad Selamatkan Bayi di Semak-Semak

(*)

Josephine Christina Arella/PARAPUAN

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Marak Kasus Bayi Dibuang, Ini Risiko yang Kelak Bisa Dialami Anak