Banyak dari mereka yang berjuang untuk mengimbangi kecepatan dan volume pekerjaan, mengatakan bahwa AI menghemat waktu.
Selain itu, AI juga meningkatkan kreativitas, dan memungkinkan mereka untuk fokus pada pekerjaan yang paling penting.
Meski 84 persen pemimpin di Asia Pasifik percaya bahwa perusahaan mereka perlu mengadopsi AI agar tetap kompetitif, 61 persen khawatir kepemimpinan organisasi mereka tidak memiliki rencana dan visi untuk mengimplementasikannya.
Hal ini menjadi salah satu faktor karyawan mengambil inisiatif sendiri untuk mengadaptasi AI.
Sebanyak 79 persen pengguna AI di Asia Pasifik membawa dan menggunakan alat AI generatif mereka sendiri ke tempat kerja, sehingga mereka kehilangan manfaat dari penggunaan AI dalam skala besar dan membahayakan data perusahaan.
Padahal pemimpin perusahaan dapat memanfaatkan momentum AI ini sebagai investasi untuk jangka panjang.
Bagi karyawan, AI meningkatkan standar dan mendobrak batasan karier:
- Mayoritas pemimpin global (55 persen) khawatir tentang ketersediaan talenta yang cukup untuk mengisi berbagai posisi di tahun ini, terutama di bidang keamanan siber, teknik, dan desain kreatif.
- Sebanyak 76 persen pemimpin di Asia Pasifik mengatakan bahwa mereka lebih memilih mempekerjakan kandidat yang kurang berpengalaman namun memiliki keterampilan AI daripada kandidat yang lebih berpengalaman namun tidak memiliki keterampilan tersebut.
Baca Juga: Kesalahan yang Harus Dihindari Pelamar Kerja Jika Buat CV Menggunakan AI