Contohnya perbedaan gaji (48 persen) dan pelecehan verbal (40 persen) di tempat kerja.
Bahkan, pengalaman diskriminasi tidak hanya datang dari rekan kerja lawan jenis, melainkan dari sesama perempuan (33 persen).
Bentuk diskriminasi yang biasa terjadi berupa perlakuan meremehkan atau merendahkan melalui ekspresi wajah (62 persen) dan komentar negatif (54 persen).
Meskipun pendekatan untuk menghadapi situasi ini beragam, sebagian besar responden yang mengalaminya percaya bahwa hal tersebut berdampak negatif secara signifikan terhadap produktivitas kerja mereka.
Para perempuan juga memiliki beragam persepsi terkait penanganan kasus diskriminasi gender di tempat kerja.
Sementara separuh (53 persen) responden percaya perusahaan menangani semua kasus diskriminasi dengan adil, sisanya meragukan keberadaan dan efektivitas sistem pelaporan.
Meski demikian, data menunjukkan dukungan para perempuan terhadap penegakkan kebijakan dan prosedur kesetaraan gender di perusahaan tempat mereka bekerja.
Lebih lanjut, responden yang pernah mengalami ketidaksetaraan cenderung lebih setuju dengan efektivitas kebijakan tersebut.
"Melalui riset yang kami lakukan, terlihat responden mengungkapkan adanya keseimbangan kehidupan kerja, program pelatihan, dan peluang promosi untuk semua gender," ungkap Eileen Kamtawijoyo, Co-Founder dan COO, Populix.
Baca Juga: Langkah Pasker ID Atasi Kesenjangan Gender di Dunia Kerja untuk Perempuan