Parapuan.co - Tak dapat dimungkiri bahwa perempuan memiliki peran penting di segala lini, baik pada sektor bisnis, ekonomi, politik, maupun sosial.
Namun, kesetaraan gender masih menjadi tantangan besar di Indonesia, termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan.
Perempuan pekerja masih mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan di kantor.
Hal ini terungkap dalam riset berjudul "Women's Equality in the Workplace" yang dilakukan Populix.
Sebagaimana dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN, masalah semacam ini tentu cukup krusial.
Pasalnya, perlakuan tidak menyenangkan terhadap perempuan di kantor bisa berdampak signifikan terhadap individu, perusahaan, dan masyarakat secara keseluruhan.
Untuk itu, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan setara gender bukan hanya tentang keadilan dan moralitas.
Akan tetapi juga tentang bagaimana membawa banyak manfaat nyata bagi semua pihak.
Sayangnya, studi Populix mengungkap realita bahwa perempuan masih sering menemukan perlakuan bias gender.
Baca Juga: 9 Fakta Pandangan Perempuan Asia Soal Kesetaraan Gender di Tempat Kerja
Contohnya perbedaan gaji (48 persen) dan pelecehan verbal (40 persen) di tempat kerja.
Bahkan, pengalaman diskriminasi tidak hanya datang dari rekan kerja lawan jenis, melainkan dari sesama perempuan (33 persen).
Bentuk diskriminasi yang biasa terjadi berupa perlakuan meremehkan atau merendahkan melalui ekspresi wajah (62 persen) dan komentar negatif (54 persen).
Meskipun pendekatan untuk menghadapi situasi ini beragam, sebagian besar responden yang mengalaminya percaya bahwa hal tersebut berdampak negatif secara signifikan terhadap produktivitas kerja mereka.
Para perempuan juga memiliki beragam persepsi terkait penanganan kasus diskriminasi gender di tempat kerja.
Sementara separuh (53 persen) responden percaya perusahaan menangani semua kasus diskriminasi dengan adil, sisanya meragukan keberadaan dan efektivitas sistem pelaporan.
Meski demikian, data menunjukkan dukungan para perempuan terhadap penegakkan kebijakan dan prosedur kesetaraan gender di perusahaan tempat mereka bekerja.
Lebih lanjut, responden yang pernah mengalami ketidaksetaraan cenderung lebih setuju dengan efektivitas kebijakan tersebut.
"Melalui riset yang kami lakukan, terlihat responden mengungkapkan adanya keseimbangan kehidupan kerja, program pelatihan, dan peluang promosi untuk semua gender," ungkap Eileen Kamtawijoyo, Co-Founder dan COO, Populix.
Baca Juga: Langkah Pasker ID Atasi Kesenjangan Gender di Dunia Kerja untuk Perempuan
"Namun, responden masih mengalami kesenjangan berbasis gender baik dalam hal perlakuan, penugasan pekerjaan, hingga kesetaraan gaji," imbuh Eileen.
"Hal ini menandakan perlunya evaluasi lebih lanjut, baik dari pihak perusahaan maupun pemerintah, untuk mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan kerja yang lebih adil dan inklusif," ujarnya lagi.
Di sisi lain, komposisi kepemimpinan perusahaan saat ini juga masih belum seimbang dengan laki-laki mendominasi posisi kepemimpinan, yaitu sebesar 53 persen, sedangkan perempuan 47 persen.
Walau ada persepsi bahwa proses promosi berjalan adil, survei menunjukkan adanya harapan kuat untuk melihat peningkatan jumlah pemimpin perempuan.
Mayoritas responden (77 persen) mengungkapkan kehadiran pemimpin perempuan dipandang dapat memberikan pengaruh positif terhadap budaya kerja dan dinamika tim.
Menariknya, kendati terdapat perbedaan pandangan mengenai distribusi kepemimpinan berdasarkan gender, sebagian besar responden percaya keadilan dalam kesempatan promosi tetap diutamakan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Survei ini menggarisbawahi inisiatif perusahaan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam hal posisi kepemimpinan.
Hasilnya, 84 persen responden menyatakan dukungan dan peluang kemajuan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk menduduki posisi kepemimpinan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Selain posisi kepemimpinan, sebanyak 59 persen responden juga menyadari adanya program atau inisiatif khusus yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan.
Mayoritas responden juga sepakat kalau peluang karier dan program pelatihan disediakan secara adil untuk semua karyawan, tanpa memandang gender.
Bagaimana dengan lingkungan tempat Kawan Puan bekerja? Apakah kamu merasakan hal serupa juga?
Baca Juga: Ini Cara Agustina Samara Minimalisir Kesenjangan Gender di DANA
(*)