Lari Sambil Mendaki Gunung, Ini Pengalaman Trail Runner Perempuan di Dieng Caldera Race 2024

Citra Narada Putri - Kamis, 13 Juni 2024
Pemenang perempuan kategori 75 KM di Dieng Caldera Race 2024.
Pemenang perempuan kategori 75 KM di Dieng Caldera Race 2024. (Dok. Fachri M. Ginanjar/PARAPUAN)

Parapuan.coTrail run atau lari trail jadi salah satu jenis olahraga yang beberapa tahun belakangan ini makin naik pamor di Tanah Air.

Terbukti dengan semakin banyaknya orang yang menggandrungi lari trail bahkan hingga mengikuti berbagai kompetisi bergengsi. 

Trail run adalah jenis olahraga yang memadukan lari dengan kemampuan mendaki gunung.

Dapat dikatakan, trail run membutuhkan kemampuan yang lebih dibandingkan lari biasa, karena para pelari dihadapkan pada medan yang lebih sulit dilalui dibandingkan jalan biasa.

Kendatipun lari trail lebih sulit dilakukan, nyatanya jenis olahraga ini tetap ramai peminat, bahkan oleh para pelari perempuan.

Buktinya pada ajang kompetisi Dieng Caldera Race 2024, ada banyak partisipan pelari perempuan yang mengikutinya. 

Sebagai informasi, Dieng Caldera Race adalah ajang sport tourism yang mengajak para pelari trail untuk bisa berkompetisi sambil menikmati pemandangan alam Dieng yang menawan.

Ada empat kategori yang diperlombakan di ajang Dieng Caldera Race 2024, mulai dari 75 KM, 42 KM, 21 KM dan Fun Trail 10 KM, yang diikuti oleh para trail runner dari Indonesia hingga mancanegara. 

Menariknya lagi, dari total 800-an peserta, 25 persennya adalah pelari perempuan. 

Baca Juga: Dieng Caldera Race 2024, Kompetisi Trail Run dengan Pesona Alam Wonosobo yang Indah

Jumlah partisipan perempuan ini pun bertambah dari perhelatan Dieng Caldera Race yang diadakan pada tahun lalu. 

Pengalaman Para Pemenang

Bagi pelari perempuan, mengikuti kompetisi trail run dengan medan yang menanjak tentu menghadirkan tantangan yang tak bisa dianggap remeh. 

Misalnya saja seperti yang dialami oleh Henny Sutanda, pelari perempuan pemenang Dieng Caldera Race 2024 kategori 75 KM.

Menurutnya, jalur Dieng Caldera Race 2024 ini agak berbeda dengan kompetisi trail run yang pernah diikuti sebelumnya. 

"Kalau (kompetisi) Mantra116, kita summit langsung tinggi, enggak rolling (naik turun). Kalau Dieng Caldera Race ini lebih rolling," tuturnya.

Karena medannya yang menuntut untuk naik turun, diakui Henny Dieng Caldera Race menguras energinya.

"Karena rolling (naik turun), kakinya kalau sudah turun sudah enak, eh naik lagi, turun lagi. Yang terakhir di Gunung Kembang, itu di kilometer ke-60, itu udah capek banget. Di situ udah banyak jatuh-jatuhnya," cerita Henny yang mengaku kakinya sempat terasa sangat sakit menjelang garis finish.

Kendati berat, namun nyatanya Henny berhasil menjadi yang pertama di antara pelari perempuan lainnya di kategori 75KM, dengan memakan waktu 13 jam dari total cut-off time 24 jam.

Baca Juga: Jadi Atlet Trail Runner, Ini Pelajaran Hidup yang Didapat Septiana Nia Swastika

Henny juga mengakui bahwa dengan mengikuti Dieng Caldera Race 2024 memberikan keistimewaan tersendiri.   

"Saya pribadi memang sering lari road, yang lebih cepat-cepatan saja. Tapi kalau lari trail lebih dibutuhkan teknik untuk down hill, up hill, dan endurance-nya lebih dibutuhkan dibandingkan (lari) road. Jadi lebih menantang dan seru, enggak cuman lari gitu saja," cerita Henny. 

Pengalaman menyenangkan trail run di Dieng Caldera Race juga dirasakan oleh Yuni Noor Hayati, pelari perempuan pemenang Dieng Caldera Race 2024 kategori 42 KM.

Menurutnya, mengikuti ajang kompetisi olahraga ini bukan sekadar lomba olahraga saja, tapi juga bisa menikmati pemandangan alam sekitar Dieng yang indah.

"Jadi sambil capek-capek tapi tetap bisa nikmatin pemandangan alam Dieng yang indah," tutur Yuni. 

Dari kompetisi Dieng Caldera Race pula pelari perempuan asal Solo ini belajar untuk mengelola energinya dengan benar.

Bukannya tanpa alasan, medan yang sulit membuatnya harus bisa memiliki endurance yang lebih kuat dibandingkan ketika ia berlari di jalanan biasa.

"Sudah pasti lebih capek. Tapi justru itu, jadi harus lebih sabar ngelola energi," tambahny.

Lebih dari itu ia juga menambahkan bahwa melalui kompetisi ini mengajarkannya bahwa trail run bukan hanya soal fisik yang prima, tapi juga mental yang kuat.

"Kuncinya mental sih. Karena kan capek banget, susah. Kalau mentalnya enggak kuat, bisa berenti di tengah jalan," imbuhnya lagi. 

(*)

Baca Juga: Ingin Ikut Kompetisi Trail Run? Ini Hal yang Perlu Dipersiapkan Menurut Pelari Perempuan



REKOMENDASI HARI INI

Cara Cek DPT Online Pilkada 2024, Pastikan Kamu Sudah Terdaftar