3 Mitos Migrain yang Sering Disepelekan, Ini Faktanya Menurut Ahli

Arintha Widya - Kamis, 20 Juni 2024
Mitos dan fakta migrain menurut ahli
Mitos dan fakta migrain menurut ahli Freepik

Parapuan.co - Kawan Puan, Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI) mengadakan Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala bulan Juni 2024.

Dalam rangka Bulan Kesadaran Migrain ini, PERDOSNI didukung oleh Pfizer Indonesia menyelenggarakan rangkaian sesi webinar edukatif.

Setelah sesi pertama pada 13 Juni 2024, Rabu (19/6/2024) kemarin webinar kedua bertajuk "Mengatasi Mitos Migrain di Tempat Kerja" dilangsungkan.

Pada kesempatan webinar, para ahli dari PERDOSNI menjelaskan tentang penyakit migrain yang hendaknya dianggap sebagai masalah serius.

Migrain merupakan kondisi neurologis yang kompleks dan kelainan paling umum ketiga di dunia, dengan perkiraan prevalensi global sebesar 14,7 persen.

Migrain adalah bagian dari nyeri primer yang berkaitan dengan gangguan fungsional yang substansial.

Sebut saja penurunan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan, dan penyakit penyerta psikososial.

Akibatnya, kondisi migrain pun dapat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari seseorang, tak terkecuali kemampuannya dalam bekerja.

Bila serangan migrain muncul ketika seseorang sedang bekerja, tentulah produktivitasnya akan menurun karena menahan rasa sakit.

Baca Juga: Ada Madu, Ini 5 Obat Alami yang Dapat Membantu Meredakan Vertigo

Mitos Migrain dan Faktanya

Lantaran masih kerap dianggap enteng sebagai sakit kepala biasa, dr. RA. Dwi Pujiastuti, M.Ked(Neu), Sp.N. Subs. NN(K) mengungkap beberapa mitos dan fakta migrain.

Dalam paparannya dr. RA. Dwi Pujiastuti, M.Ked(Neu), Sp.N. Subs. NN(K) menyebutkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mitos: Migrain Hanya Sakit Kepala yang Berat

Mitos pertama, yaitu menganggap migran adalah bentuk sakit kepala yang berat. Mitos ini adalah salah.

Faktanya, migrain merupakan penyakit neurologi dan menyerang seseorang pada masa puncak kehidupannya, antara usia 30 dan 49 tahun.

Migrain dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat yang bisa digambarkan sebagai berdenyut atau berdebar.

Sering kali, nyeri kepala ini menyerang dengan gejala terkait sensitivitas terhadap cahaya atau rasa mual.

2. Mitos: Semua Nyeri Kepala Migrain Sama

Baca Juga: Dampak Migrain dan Respons Emosional yang Bisa Dialami Penderita

Mitos kedua, menganggap semua nyeri kepala migrain memiliki kondisi yang sama.

Faktanya, setiap orang dapat mengalami spektrum pengalaman migrain yang berbeda.

Satu orang mungkin dapat tetap menjalankan aktivitasnya selama terkena serangan, meski tidak dalam kapasitas penuh.

Sementara pada penderita lain, migrain bisa saja membuatnya tidak mampu melakukan aktivitas apapun dan hanya dapat berbaring atau beristirahat.

3. Mitos: Obat Pereda Nyeri di Pasaran Bisa Meredakan Migrain

Mitos berikutnya, yaitu orang menganggap serangan migrain bisa diredakan dengan obat pereda nyeri yang dijual bebas di pasaran.

Faktanya, obat-obatan pereda nyeri hanya membantu sampai taraf tertentu, dan tidak mengatasi gejala migrain berat atau yang menyerang satu hingga dua kali per minggu.

Justru pola penggunaan obat yang berlebihan dapat membuat migrain semakin parah.

Maka itu, bila Kawan Puan menderita nyeri kepala sebelah yang periodik, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Baca Juga: Bolehkah Minum Obat Pereda Nyeri Setelah Vaksin Covid-19? Ini Penjelasan Komnas KIPI

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru