Angka Kelahiran Menurun, Benarkah karena Perempuan Enggan Menikah?

Citra Narada Putri - Selasa, 2 Juli 2024
Perempuan tidak mau menikah jadi salah satu penyebab angka kelahiran menurun.
Perempuan tidak mau menikah jadi salah satu penyebab angka kelahiran menurun. (dragana991/Getty Images)

Keengganan untuk menikah juga telah dilalui oleh Wulan di usianya yang sudah menyentuh 36 tahun. 

"Ada banyak hal yang harus di-gambling ketika kita nikah. Dan saya tidak siap dengan 'pertaruhan' tersebut," ujar Wulan.

Menurutnya, pertaruhan yang harus ia siapkan berupa ketidakbebasan, ketidakpastian atas kesetiaan pasangan, hingga biaya hidup yang semakin tidak masuk akal.

"Kita berkaca aja dengan yang kita lihat sehari-hari deh. Selingkuh sana-sini. Seakan-akan pernikahan bukan lagi jaminan pasangan akan setia kan?" ucapnya.

Apalagi dengan keinginan punya anak, tak pernah terbersit dalam pikiran Wulan akan memiliki buah hati jika ia saja tidak siap menghidupi dirinya sendiri.

"Bayangin aja, biaya sekolah anak sekarang udah gila-gilaan. Dan saya harus membiayai anak selama minimal 12 tahun. Mau kerja sampai usia berapa? Mending kalau gajinya naik tiap tahun, ini kan enggak," keluhnya.

Menurutnya, daripada kelak ia akan menyiksa calon anaknya dengan tidak bisa memberikan hidup yang berkualitas, lebih baik Wulan menerapkan gaya hidup child free.

Namun sayang, keputusannya untuk tidak menikah dan punya anak kerap dipandang sebagai pilihan hidup yang egois dan bodoh, setidaknya bagi keluarga atau orang-orang yang menurutnya berpikiran sempit.

"Katanya enggak nikah dan childfree itu egois. Padahal, jauh lebih egois kalau kita nikah, punya anak, tapi enggak bisa memberikan yang terbaik untuk anak atau bahkan diri kita sendiri. Ini yang masih jarang dipahami orang," tutur Wulan kesal. 

Baca Juga: Mengenal Istilah Childfree, Keputusan untuk Tidak Memiliki Anak karena Pilihan

  

Pendapat lain turut disampaikan oleh Putri, yang mengaku sebenarnya ia tak benar-benar berniat untuk tidak menikah.

"Bukannya enggak mau nikah, tapi saya mau ketika nikah persiapannya tuh bener-bener mateng, sama orang yang tepat. Agar supaya tujuan nikah yang harusnya bahagia enggak jadi bikin nyiksa," cerita Putri yang kini berusia 34 tahun.

Karena bagi Putri, pernikahan justru akan menghadirkan tanggung jawab baru jangka panjang dalam hidup kita dan keluarga.

"Salah satunya yah anak itu tadi, yang harus siap kita besarkan dengan sungguh-sungguh. Punya anak kan bukan cuman ngasih makan trus udah selesai, tapi kamu harus pastiin dia mentalnya sehat, dia berada di lingkungan yang baik. Dan untuk memberikan hal itu semua kamu enggak bisa sembarangan asal nikah," ujarnya. 

Bahkan Putri menilai, jika dia ternyata menikah dengan laki-laki yang tidak sevisi misi dalam membesarkan anak, maka ini bisa jadi mimpi buruk baginya atau bahkan anak tersebut di masa depan.

"Mungkin bagi sebagian orang enggak mau punya anak karena biaya hidup yang terlalu tinggi. Tapi bagi saya pribadi, saya lebih takut kalau ternyata pasangan hidup saya nanti tidak bisa jadi partner membesarkan anak yang baik," ujar Putri.

Lebih rinci, ia khawatir jika kelak memiliki anak, pasangannya tidak bisa menjadi ayah yang baik dan dibutuhkan anaknya.

Putri percaya, pilihan pernikahan dan memiliki anak, harusnya jadi hal yang benar-benar dipertimbangkan secara masak oleh perempuan. 

Karena tentu, setelah menikah atau memiliki anak, ada tanggung jawab besar yang diemban.

Bukan hanya tanggung jawab pada orang lain, tapi juga pada diri sendiri.

"Sesederhana, tanggung jawab untuk bahagia dulu. Setiap perempuan perlu tahu bahwa kalau kamu mau buat orang lain atau calon anak kamu bahagia, pastiin kamu bahagia dulu. Lead by example," tutup Putri.

(*)

Baca Juga: Judi Online Bisa Picu Perceraian pada Perempuan Menikah, Pakar Ungkap Dampaknya