Palliative Care (Perawatan Paliatif), Mencoba Hadirkan Ketenangan di Masa Kritis Hidup

David Togatorop - Selasa, 2 Juli 2024
Palliative care (perawatan paliatif) mengurangi penderitaan melalui penanganan sakit fisik, emosional, dan spiritual.
Palliative care (perawatan paliatif) mengurangi penderitaan melalui penanganan sakit fisik, emosional, dan spiritual. Getty Images/Karunyapas

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa perawatan ini adalah hak asasi manusia yang mendasar karena menekankan layanan yang berpusat pada individu sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka serta menjunjung tinggi martabat dan memastikan kenyamanan, tanpa memandang jenis penyakit yang mendasarinya.

Meskipun kanker merupakan ranah perawatan paliatif yang umum, tapi perawatan ini juga melayani berbagai kondisi di luar kanker, termasuk penyakit jantung, gangguan pernapasan kronis, AIDS, dan diabetes, gagal ginjal, gangguan neurologis, demensia, dan penyakit kronis lainnya.

Nyeri dan kesulitan pernapasan adalah di antara gejala paling umum dan mengganggu yang dialami oleh pasien perawatan paliatif. Hingga 80% individu pengidap AIDS atau kanker, dan 67% dengan kondisi kardiovaskular atau pernapasan, mengalami nyeri sedang hingga parah menjelang akhir hidup.

Secara umum, tujuan pelayanan paliatif adalah untuk mengurangi nyeri dan gejala lainnya, meningkatkan kualitas hidup, memberikan dukungan psikososial dan spiritual, serta memberikan dukungan kepada keluarga selama pasien sakit dan setelah masa berkabung.

Perawatan paliatif setelah pasien meninggal

Perawatan paliatif juga dilakukan bukan hanya pada pasien, tapi juga kepada keluarga pasien. Dalam keadaan pasien meninggal dunia, keluarga pun larut dalam perkabungan. Berkabung adalah rasa kehilangan dapat dirasakan oleh pasien, keluarga, kerabat, dan teman-teman sejak seseorang mulai menghadapi penyakit.

Rasa kehilangan itu kemudian berubah wujud menjadi kesehatan uang menurun, dan akhirnya rasa depresi. Tugas dari pelayanan paliatif adalah memberikan dukungan agar rasa duka yang muncul tidak menjadi kesedihan yang bersifat patologis.

Dukungan pada masa berkabung diberikan baik saat pasien meninggal maupun selama proses pemakaman. Dua minggu setelah pemakaman, penting untuk melakukan follow-up dengan keluarga yang berduka untuk mengevaluasi kemampuan mereka dalam mengatasi kehilangan dan beradaptasi dengan kehidupan baru tanpa kehadiran pasien yang telah meninggal.

Tujuan dukungan pada masa berkabung meliputi membantu keluarga dalam menerima fakta bahwa pasien telah meninggal dan tidak akan kembali serta memberikan dukungan agar keluarga dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru lalu melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran pasien yang telah tiada. (*)

Baca Juga: Viral di TikTok, Ini 5 Tips Mencegah Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Penulis:
Editor: David Togatorop

Pertama Kali Travelling di Jogja? Rugi Kalau Tidak ke Sini!