UEFA Euro 2024, Perkembangan Sepak Bola Wanita di Eropa dan Asa Sepak Bola Putri Indonesia

David Togatorop - Rabu, 3 Juli 2024
Sepak bola wanita terus berkembang maju, dan Indonesia wajib mengikuti.
Sepak bola wanita terus berkembang maju, dan Indonesia wajib mengikuti. (Getty Images/peepo)

Parapuan.co - Laga sepak bola UEFA Euro 2024 dan euforianya masih keras menggema di tanah air.

Terlebih fase grup sudah terlewat dan menyisakan fase knock-out menuju final di Berlin pada hari Minggu, 14 Juli.

Melihat popularitas olah raga yang dulunya identik dengan pria itu, bagaimana dengan sepak bola di kalangan wanita? Selain sebagai penonton dan penggemar, tentu saja.

Nyatanya, perkembangan sepak bola perempuan terus meningkat di seluruh Eropa, sebagai salah satu kiblat sepak bola dunia selain Amerika Selatan.

Kemajuan penting yang telah dicapai oleh UEFA (Union of European Football Associations) sebagai badan tertinggi sepak bola Eropa adalah dampak dari lima prioritas strategis utama yang dilakukan, yaitu pengembangan permainan, transformasi kompetisi, peningkatan tata kelola, nilai komersial, dan visibilitas.

Salah satu contoh terbaik adalah UEFA Women's EURO 2022 di Inggris, yang menarik antusiasme luar biasa dan juga Piala Dunia Wanita 2023 di Australia dan Selandia baru yang memecahkan rekor jumlah penonton sepak bola wanita di event besar.

"Setiap perempuan berhak mendapatkan tempat untuk bermain sepak bola, dan setiap pemain elit berhak untuk berusaha mencapai yang tampaknya mustahil. Tidak seharusnya ada batasan, karena sepak bola wanita adalah sepak bola, dan ini untuk semua."

"Di UEFA, kami percaya dan berkomitmen pada prinsip ini. Bersama dengan siapa pun yang ingin bergabung dengan kami dalam perjalanan ini, kami akan membuat perubahan. UEFA adalah pemimpin dunia dalam mengembangkan sepak bola wanita, dan kami bertekad untuk terus berinovasi demi kebaikan seluruh permainan, ujar Nadine Kessler, Kepala Sepak Bola Wanita UEFA.

Di Eropa, antara tahun 2020 dan 2024, program Football in Schools memberikan kesempatan kepada lebih dari 2,8 juta anak putri dan anak putra di lebih dari 81.000 sekolah di seluruh Eropa untuk jadi bagian dari pendidikan sepak bola.

Baca Juga: Kenali Tren Fashion Bloke Core di Tengah Euforia Sepak Bola yang Membara

UEFA memberikan pengembangan jumlah pemain yang lebih besar dan komitmen untuk melatih lebih banyak pelatih dan wasit perempuan.

Hasilnya adalah Rebecca Welch menjadi wanita pertama yang menjadi wasit dalam pertandingan Liga Premier Inggris ketika ia memimpin pertandingan Fulham vs Burnley pada tahun 2023.

Lalu ada Stéphanie Frappart adalah seorang wasit sepak bola asal Prancis.

Dia telah masuk dalam Daftar Wasit Internasional FIFA sejak 2009.

Frappart menjadi wanita pertama yang menjadi wasit dalam pertandingan besar pria di Eropa dan pertandingan Ligue 1 Prancis, keduanya pada tahun 2019, serta wanita pertama yang memimpin pertandingan UEFA Champions League pada tahun 2020.

Selain itu, UEFA mendorong pengembangan jangka panjang permainan wanita dengan membuka jalur karir untuk pelatih dan pemain perempuan muda agar mereka bisa mencapai potensi maksimal.

Sejak tahun 2016, Program Pengembangan Pelatih UEFA untuk Wanita telah membantu lebih dari 1.600 wanita mendapatkan lisensi pelatih mereka dan memberikan dukungan mentoring yang untuk 33 calon pelatih perempuan.

Manfaat dari program-program tersebut jelas terbukti dengan fakta bahwa jumlah pelatih perempuan yang memiliki kualifikasi lisensi UEFA C, B, A, atau Pro telah meningkat menjadi lebih dari 20.000 - meningkat sebesar 45% dalam tujuh tahun terakhir.

Baca Juga: Selalu Jadi yang Pertama, Ini Kisah Stephanie Frappart Wasit Perempuan Piala Dunia 2022

Sepak Bola Wanita di Indonesia

Di Indonesia, kehadiran sepak bola wanita memang belum sepopuler sepak bola pria.

Namun, antusiasme dan fanatisme sepak bola pria di Indonesia dapat menjadi pendorong kebangkitan asa sepak bola wanita.

Awal tahun ini, Ketua PSSI Erick Thohir membuat gebrakan besar dengan merekrut pelatih baru untuk Garuda Pertiwi, tim nasional sepak bola putri Indonesia.

PSSI menandatangani kontrak dengan Satoru Mochizuki, pelatih asal Jepang, untuk masa dua tahun.

Satoru sebelumnya memperkuat klub liga 1 Japan Soccer League, Urawa Reds dan Kyoto Purple Sanga, serta klub divisi dua, Nippon Kokan.

"Penunjukan ini agar sepak bola putri kita juga bangkit dan membuktikan bahwa kami di PSSI tidak hanya fokus di putra saja. Mengapa langsung timnas? Karena saat ini, timnas putri kita punya pemain-pemain yang secara kualitas baik, dengan ada beberapa main di liga luar negeri. Jadi momentumnya lagi bagus dan harus kita manfaatkan," jelas Erick Thohir dikutip dari situs PSSI.

Timnas putri Indonesia terakhir mencetak prestasi lolos ke Piala Asia Wanita 2022.

Meski langkah mereka gagal melaju ke fase gugur, namun fokus PSSI terhadap timnas putri menunjukkan komitmen yang kuat untuk pengembangan sepak bola wanita di Indonesia. (*)

Baca Juga: Profil Ratu Tisha, Wakil Ketua Umum PSSI dan Satu-satunya Perempuan di Tubuh Pimpinan

Penulis:
Editor: David Togatorop


REKOMENDASI HARI INI

5 Cara Menjaga Kesehatan Mental bagi Pengidap Kanker Payudara