Pada tahun 1950-an, orang mungkin berpikir untuk menikah karena cinta. Akan tetapi, perasaan bisa berubah bukan?
Selain dalam hal perasaan, di periode tersebut laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, misalnya untuk hak kepemilikan properti.
Lalu sepanjang 1970-an dan 1980-an, lebih banyak perempuan memasuki dunia kerja, sehingga bagi mereka pernikahan yang setara lebih diinginkan.
Perempuan mencari pasangan yang paling tidak memiliki tingkat pendidikan maupun pengalaman kerja yang setara dengannya.
Barulah pada periode 1990-an, persahabatan sejati telah menjadi tujuan pernikahan.
Dan seiring dengan itu, Stephanie Coontz mengatakan, "Harapan kita mencakup lebih banyak rasa hormat dan pengertian satu sama lain sebagai individu."
Artinya, ketika melibatkan rasa persahabatan dalam pernikahan, pasangan akan lebih bisa menghormati dan menghargai satu sama lain.
Dengan begitu, pasangan dapat berkomunikasi dengan baik, bahkan ketika ada konflik.
Kalau di Indonesia, Kawan Puan mungkin mengenal pasangan Ayudya Bing Slamet dan Ditto Percussion, Marsha Timothy dan Vino G. Bastian; Hannah Al Rashid dan Nino Fernandez; serta Isyana Sarasvati dan Rayhan Maditra.
Pasangan-pasangan tadi sebelumnya sudah sahabatan cukup lama, lho. Bagaimana menurutmu?
Baca Juga: Maudy Ayunda Menikah dengan Sahabat, Begini Cara Jaga Persahabatan dalam Pernikahan
(*)