Dengan kata lain, masih banyak perempuan Indonesia yang terobsesi untuk memiliki kulit putih agar terlihat cantik.
Kenapa masih banyak perempuan terobsesi untuk memiliki kulit putih?
Kulit cerah yang putih telah menjadi standar kecantikan di banyak negara Asia selama beberapa generasi.
Survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa 40 persen perempuan di negara-negara seperti Tiongkok, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan rutin menggunakan produk pemutih kulit.
Ironisnya lagi, perkiraan nilai industri produk pemutih kulit diproyeksikan akan mencapai 8,9 miliar dolar AS pada tahun 2027, seperti melansir Travel Noire via Yahoo Life.
Sementara menurut temuan Global Industry Analyst terkait meningkatnya produk pencerah kulit, disebutkan karena faktor, “stigma kulit gelap yang masih merajalela, dan persepsi budaya yang kaku yang mengaitkan warna kulit cerah dengan kecantikan dan kesuksesan pribadi” seperti melansir The Guardian.
Rupanya, preferensi historis terhadap kulit cerah dalam budaya Asia secara intrinsik terkait dengan status sosial-ekonomi dan warisan kolonialisme.
Secara historis, memiliki kulit cerah merupakan indikator status sosial yang lebih tinggi, karena individu yang melakukan pekerjaan kasar sering kali memiliki kulit lebih gelap akibat paparan sinar matahari.
Baca Juga: Benarkah Kolagen Bisa Bikin Kulit Putih? Ini Kata Dokter yang Viral di TikTok