Polemik 'Aura Maghrib', Kenapa Perempuan Terobsesi dengan Kulit Putih?

Citra Narada Putri - Rabu, 10 Juli 2024
Polemik 'aura maghrib', kenapa perempuan terobsesi dengan kulit putih?
Polemik 'aura maghrib', kenapa perempuan terobsesi dengan kulit putih? (YunYulia/Getty Images)

Sementara itu, kaum elit menikmati kehidupan di dalam ruangan yang terlindung karena kekayaan mereka, yang artinya mereka memiliki kulit lebih cerah.

Akibatnya, mereka yang berkulit lebih gelap terdegradasi ke tingkat yang lebih rendah dalam hierarki sosial, sehingga memicu semangat untuk memiliki kulit yang lebih cerah.

Kolonialisme juga berdampak pada standar kecantikan di negara-negara Asia.

Banyak negara di benua ini pernah dijajah oleh negara ras kaukasia, misalnya dari Amerika Serikat dan Eropa.

Pada akhirnya, kulit mereka yang cerah menandakan kekuasaan dan kemakmuran para penjajah.

Bahkan di Jepang, yang masih belum terjajah, perempuan bangsawan pada zaman Edo menggunakan riasan putih untuk meniru citra mewah yang diasosiasikan dengan kulit cerah.

Faktor sejarah ini terus membentuk standar kecantikan modern di Asia.

Namun, seiring berjalannya waktu, standar kecantikan Eurosentris kian pudar.

Makin banyak gerakan-gerakan yang memperjuangkan keindahan warna kulit asli, termasuk yang berwarna lebih gelap.

Baca Juga: Bukan Putih, Begini Makna Cantik Menurut Dokter Yessica Tania

Gerakan-gerakan pemberdayaan perempuan ini mengajarkan banyak kaum hawa untuk lebih bisa menerima semua warna kulit dan merasa cantik dengan dirinya sendiri. 

Meskipun preferensi terhadap kulit putih masih ditemukan di banyak negara Asia, salah satunya di Indonesia melalui tren 'aura maghrib', namun kecenderungan ini perlahan berubah seiring dengan semakin populernya standar kecantikan baru.

Misalnya seperti hasil riset ZAP Beauty Index 2024 yang mengatakan bahwa 98,9 persen responden perempuan sepakat kulit putih tak lagi menjadi standar kecantikan masa kini.

Alih-alih memiliki kulit putih, standar kecantikan di era sekarang ini lebih tertuju pada kulit yang lebih sehat .

Hal ini juga dibuktikan dengan semakin banyaknya orang yang tidak setuju dengan anggapan sejumlah pengguna media sosial yang menggunakan istilah 'aura maghrib' untuk melakukan body shaming pada perempuan lain.

Maka, Kawan Puan tak perlu lagi khawatir dengan ucapan sejumlah oknum yang melakukan body shaming tanpa alasan jelas.

Yakinilah bahwa kamu cantik, kamu berharga!

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?