Mengerikan, Bahaya Antimicrobial Resistance (AMR) Lebih Mengancam Perempuan

David Togatorop - Jumat, 12 Juli 2024
Perempuan lebih rentan terkena antimicrobial resistance dibandingkan laki-laki.
Perempuan lebih rentan terkena antimicrobial resistance dibandingkan laki-laki. (iStock/designer491)

Antimicrobials, termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit, adalah obat-obatan yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

Namun, penggunaan yang tidak rasional dapat menyebabkan masalah serius seperti Antimicrobial Resistance (AMR).

AMR terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak lagi merespons obat antimikroba.

Akibatnya, antibiotik dan obat antimikroba lainnya menjadi tidak efektif, dan infeksi menjadi sulit atau bahkan tidak bisa diobati. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit, sakit parah, kecacatan, dan kematian.

Dampak AMR

AMR merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat dunia. Pada tahun 2019, AMR mengakibatkan 1,27 juta kematian di seluruh dunia.

Di Indonesia, diperkirakan ada 133.800 kematian terkait AMR pada tahun 2019, menempatkan Indonesia pada posisi ke-78 dari 204 negara dengan angka kematian tertinggi terkait AMR.

Penggunaan antimikroba yang tidak rasional meliputi penggunaan tanpa resep dokter, tanpa indikasi klinis yang jelas, dan penggunaan berlebihan.

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa dari 22,1% masyarakat yang menggunakan antimikroba oral dalam satu tahun terakhir, 41,0% di antaranya memperoleh antimikroba tanpa resep. Lebih dari 60% masyarakat mendapatkan obat tanpa resep di apotek atau toko obat berizin.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Resistensi Antimikroba, Jadi Ancaman Masalah Kesehatan Dunia

Penyebab utama yang menyebabkan penggunaan antimikroba tanpa resep adalah permintaan pasien atau pelanggan.

Banyak pasien meminta antimikroba bahkan untuk kondisi yang sebenarnya tidak memerlukan pengobatan tersebut.

Keinginan untuk segera sembuh tanpa berkonsultasi dengan dokter mendorong permintaan ini, meskipun bisa jadi berbahaya bagi kesehatan jangka panjang.

Selain itu, kebutuhan finansial apotek juga berperan dalam praktik ini. Apoteker dan staf farmasi terkadang menjual antimikroba tanpa resep untuk menjamin kelangsungan bisnis mereka.

Ditambah lagi, biaya tinggi atau kurangnya kenyamanan pada pelayanan kesehatan alternatif membuat pasien memilih membeli antimikroba tanpa resep, sehingga mereka dapat menghemat biaya dan waktu.

Ancaman AMR pada Perempuan

Menurut laporan WHO, meskipun laki-laki dan perempuan punya risiko sama karena AMR, ada faktor biologis dan pekerjaan yang meningkatkan risiko infeksi pada perempuan.

Persalinan dan sanitasi membuat perempuan terpapar berbagai infeksi, sehingga AMR menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam kesehatan perempuan.

Baca Juga: Cegah AMR Jadi Silent Pandemic, Ini Teknologi yang Bisa Sembuhkan Luka Lebih Cepat

Perempuan, karena faktor biologis, sosial, ekonomi, dan budaya, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi yang resistan terhadap antimikroba dan menyebarkan AMR.

Perempuan mungkin lebih jarang mencari perawatan dan lebih fokus pada biaya medis untuk keluarga dan anak-anak mereka.

Perempuan yang sudah menikah sering diharapkan mendapatkan izin dari suami untuk mencari bantuan medis berbayar dan dilaporkan menghadapi kekerasan di rumah jika menerima perawatan medis tanpa terlebih dahulu meminta izin.

Karena ekspektasi ini, perempuan sering kali tidak dapat mengakses layanan medis penting, menunda diagnosis dan pengobatan, serta meningkatkan risiko komplikasi, termasuk AMR.

Solusi untuk Mengatasi AMR

Penanganan AMR memerlukan keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, fasilitas layanan kesehatan, apotek, pelaku usaha, dan komunitas.

Kolaborasi ini penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penggunaan antimikroba yang tepat dan rasional, sehingga dapat mengurangi risiko penyebaran resistensi antimikroba.

Langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan mencakup edukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan antimikroba yang rasional.

Selain itu, penguatan komitmen apoteker juga penting, dengan memastikan mereka hanya memberikan antimikroba berdasarkan resep dokter. Dengan demikian, kita bisa bersama-sama melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah meningkatnya resistensi antimikroba. (*)

Baca Juga: Mengenal Mycroplasma Pneumoniae, Bakteri Penyebab Pneumonia yang Sudah Ada Sejak Sebelum Covid-19

Penulis:
Editor: David Togatorop


REKOMENDASI HARI INI

Lika-Liku Kehidupan Dokter Koas di Trailer Sekotengs, Lengkap dengan Sinopsis Series