Parapuan.co - Industri teknologi saat ini memang berkembang dengan pesat. Namun, bidang ini juga masih memberikan tantangan tersendiri untuk perempuan.
Ada banyak tantangan yang dirasakan perempuan karier dalam bekerja di industri teknologi.
Mulai dari bias gender, melawan stereotip, kesenjangan gaji, hingga perempuan yang masih dianggap minoritas.
Perempuan dihadapkan dengan dinamika kerja yang kurang mendukung karena tantangan yang seakan melanggengkan kesenjangan gender.
Oleh karena itu, penting untuk menyuarakan pemberdayaan perempuan lebih keras untuk meraih kesetaraan di sektor ini.
Dikutip dari laman Career Flow, adapun berbagai tantangan perempuan karier bekerja di industri teknologi yakni:
1. Kesenjangan Gaji
Kesenjangan gaji antara perempuan dan laki-laki masih menjadi isu besar di berbagai sektor, termasuk industri teknologi.
Meskipun sudah ada banyak upaya untuk mengurangi kesenjangan ini, namun perbedaan yang signifikan masih menjadi tantangan perempuan.
Baca Juga: Perempuan Karier di Industri Teknologi Masih Jadi Minoritas: Hadapi Tantangan Bias Gender
Perempuan karier seringkali menghadapi diskriminasi gender yang memengaruhi gaji mereka.
Hal ini bisa terjadi dalam proses perekrutan, promosi, hingga penentuan gaji.
Perusahaan mungkin memiliki bias tak sadar yang menyebabkan perempuan tidak mendapatkan gaji yang setara dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama.
Sebuah penelitian dari Hired menunjukkan bahwa perempuan di industri teknologi memperoleh gaji 3 persen lebih rendah dari laki-laki.
Selain itu, sebanyak 63 persen perempuan yang melamar pekerjaan di bidang teknologi ditawari gaji yang lebih rendah daripada laki-laki.
2. Melawan Stereotip
Perempuan karier di bidang teknologi sering kali menghadapi stereotip dan bias gender yang dapat menyulitkan mereka untuk maju dalam karier mereka.
Stereotip ini dapat menimbulkan banyak tantangan bagi perempuan, termasuk:
Baca Juga: Menteri PPPA Imbau Mahasiswa Aktif dalam Perlindungan Hak dan Kesetaraan bagi Perempuan
- Kebanyakan orang menganggap perempuan karier kurang cakap secara teknis dibandingkan laki-laki dan lebih cocok untuk peran non-teknis atau lunak.
- Perempuan juga mungkin diabaikan dalam posisi kepemimpinan karena asumsi mengenai keluarga atau tanggung jawab pengasuhan mereka.
- Perempuan yang menjadi ibu bekerja menghadapi tantangan tambahan, termasuk tertundanya promosi jabatan karena cuti hamil, tidak adanya kenaikan gaji atau bonus karena kehamilan, dan bahkan risiko dipecat setelah kembali dari cuti hamil.
3. Kurangnya Representasi
Industri teknologi mengalami kekurangan representasi perempuan yang signifikan, sehingga menjadi tantangan berat bagi perempuan yang memulai karier mereka untuk menemukan mentor.
Tanpa adanya pemimpin perempuan di perusahaan, perempuan akan kesulitan memvisualisasikan diri mereka dalam peran kepemimpinan atau mengidentifikasi jalur yang jelas untuk kemajuan karier.
Ketiadaan contoh nyata perempuan yang sukses dalam peran ini dapat menyebabkan perempuan meragukan kemampuan mereka dan merasa tidak cocok.
Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan representasi perempuan karier dalam industri teknologi dan menyediakan panutan dan bimbingan yang diperlukan bagi perempuan untuk membantu mereka berkembang dan meraih keberhasilan.
Baca Juga: Kenza Laily Dinobatkan Sebagai Miss AI Pertama, Perjuangkan Pemberdayaan Perempuan
(*)