Baca Juga: KemenPPPA Raih Opini WTP, Menteri Bintang: Pengelolaan untuk Progam Berdampak Positif
Kala itu, aparat penegak hukum tidak berani menindak tegas karena adanya "kedok" budaya yang menjadikan kawin tangkap "dilegalkan".
"Saya pikir tidak ada budaya yang statis. Budaya itu masih akan bergerak dinamis, yang penting pendekatan-pendekatan yang kita lakukan," tutur Bintang.
Itu baru tantangan terkait perempuan. Belum lagi persoalan anak yang juga banyak tantangannya, semisal perkawinan anak.
"Di beberapa daerah, seperti di NTB ada kawin merarik (kawin lari), di Wajo pun ada anak usia 13-14 tahun kawin di usia muda dibuatkan pesta besar, itu kan budaya," kata Bintang.
"Saya bicara isu perempuan dan anak ini memang tantangannya cukup besar, karena sangat kompleks, intervensi yang kita lakukan di tiap daerah juga tidak bisa sama, karena kearifan lokal tersebut," tambahnya.
Oleh sebab itu, Kementerian PPPA tidak hanya melakukan pendekatan pada yang bersangkutan atau pemerintah daerah setempat.
Dalam banyak kasus, ia melakukan pendekatan dengan tokoh adat dan tokoh agama, dibantu oleh pemerintah untuk menemukan solusi.
"Di sana kita bisa pilah, mana yang budaya, mana yang kriminal. Itu mungkin tantangan secara umum dalam penanganan kerja-kerja di Kementerian ini terkait dengan isu perempuan dan anak," pungkas Bintang.
Itulah tadi sekilas kisah perjuangan Menteri PPPA Bintang Puspayoga dalam bidang pemberdayaan perempuan dan anak.
Hendaknya, isu terkait perempuan dan anak menjadi perhatian dan tanggung jawab kita bersama ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Mimpi Menteri PPPA Bintang Puspayoga: Raih Kesetaraan Gender di Tengah Budaya Patriarki
(*)