Prevalensi Menurun, Hepatisis B dan C Tetap Jadi Ancaman Kesehatan Indonesia

David Togatorop - Selasa, 30 Juli 2024
Skrining hepatitis sangat diperlukan untuk menekan tingginya angka penderita hepatitis di Indonesia.
Skrining hepatitis sangat diperlukan untuk menekan tingginya angka penderita hepatitis di Indonesia. (iStock/Nansan Houn)

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya strategis untuk mengurangi prevalensi hepatitis.

Salah satu langkah utama adalah pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak melalui pemberian vaksin hepatitis B dan antivirus tenofovir.

Pada 2023, lebih dari 2,3 juta bayi baru lahir telah menerima imunisasi hepatitis B dalam 24 jam setelah kelahiran.

Pemberian antivirus tenofovir untuk ibu hamil yang positif hepatitis B juga telah dilakukan secara bertahap di seluruh Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga memperkuat surveilans dan penemuan kasus pada populasi berisiko tinggi, seperti ibu hamil dan tenaga kesehatan.

Untuk hepatitis C, pemerintah menyediakan obat Direct Acting Antiviral (DAA) yang memiliki tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 90%.

Sejak 2017 hingga Juni 2024, lebih dari 11.689 pasien telah memulai terapi pengobatan hepatitis C, dengan 8.364 orang menyelesaikan pengobatan dan 3.139 di antaranya dinyatakan sembuh.

Meskipun prevalensi hepatitis di Indonesia telah menurun, angka kasus masih cukup tinggi. WHO mencatat bahwa Indonesia menempati peringkat keempat di kawasan Asia Tenggara untuk kejadian dan kematian akibat penyakit liver.

Oleh karena itu, penting bagi Kawan Puan untuk memahami hepatitis, melakukan langkah pencegahan yang diperlukan, dan menjalani pengobatan yang tepat jika terinfeksi. (*)

Baca Juga: Berapa Lama dan Apa Jenis Olahraga yang Harus Dilakukan Pengidap Hepatitis C?

Sumber: Kemenkes RI
Penulis:
Editor: David Togatorop


REKOMENDASI HARI INI

Prevalensi Menurun, Hepatisis B dan C Tetap Jadi Ancaman Kesehatan Indonesia