Prevalensi Menurun, Hepatisis B dan C Tetap Jadi Ancaman Kesehatan Indonesia

David Togatorop - Selasa, 30 Juli 2024
Skrining hepatitis sangat diperlukan untuk menekan tingginya angka penderita hepatitis di Indonesia.
Skrining hepatitis sangat diperlukan untuk menekan tingginya angka penderita hepatitis di Indonesia. (iStock/Nansan Houn)

Parapuan.co - Hepatitis adalah penyakit radang pada organ hati manusia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yang paling umum adalah infeksi virus.

Virus ini berkembang biak di dalam hati, menyebabkan peradangan dan kerusakan pada organ tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 2 miliar penduduk dunia yang mengidap penyakit hepatitis dan 1,4 juta di antaranya mengalami kematian setiap tahun.

Ini menjadikan hepatitis sebagai salah satu penyakit menular yang sangat berbahaya di dunia.

Virus penyebab hepatitis terdiri dari beberapa jenis, yaitu virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV).

Masing-masing jenis virus ini memiliki cara penularan, gejala, tingkat keparahan, dan metode pencegahan yang berbeda-beda.

Ancaman Hepatitis B dan C

Hepatitis B dan C adalah jenis yang paling berbahaya karena dapat berkembang menjadi kondisi kronis. Kedua jenis hepatitis ini dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati, yang berpotensi berujung pada kematian.

Penularan hepatitis B dapat terjadi melalui cairan tubuh penderita, termasuk secara vertikal dari ibu ke anak saat kelahiran.

Baca Juga: Mengenal Hepatitis pada Anak, Penyebab, dan Cara Penanganannya

Sebagian besar pasien dengan hepatitis B kronis tidak menunjukkan gejala, namun beberapa mungkin merasakan kelemahan dan ketidaknyamanan pada perut bagian kanan atas.

Hepatitis kronis dapat berkembang menjadi fibrosis atau sirosis hati, ditandai dengan jaringan parut yang merusak fungsi hati dan bisa menyebabkan gagal hati dengan gejala seperti ikterus (penyakit kuning), bengkak pada tungkai, cairan di perut (asites), dan gangguan kesadaran.

Hampir 80% pasien yang terinfeksi hepatitis C akan menetap menjadi hepatitis C kronis. Penyakit ini berkembang secara perlahan, dengan 10-20% dari kasusnya berkembang menjadi sirosis hati dalam waktu 15-20 tahun.

Sebagian besar penderita hepatitis C tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), namun pemeriksaan fisik bisa menemukan tanda-tanda seperti demam subfebris dan ikterus (kuning).

Diagnosis hepatitis C ditegakkan melalui skrining anti-HCV, dan jika positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan HCV RNA.

Situasi Hepatitis di Indonesia

Di Indonesia, prevalensi hepatitis B telah menurun dalam 10 tahun terakhir. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa prevalensi hepatitis B turun dari 7,1% pada 2013 menjadi 2,4% pada 2023.

Hepatitis C juga mengalami penurunan, dengan prevalensi turun dari 1% pada 2013 menjadi 0,5% pada 2022, menurut data WHO Global Health Observatory.

Baca Juga: Ada Polio dan Hepatitis, Ini Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya strategis untuk mengurangi prevalensi hepatitis.

Salah satu langkah utama adalah pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak melalui pemberian vaksin hepatitis B dan antivirus tenofovir.

Pada 2023, lebih dari 2,3 juta bayi baru lahir telah menerima imunisasi hepatitis B dalam 24 jam setelah kelahiran.

Pemberian antivirus tenofovir untuk ibu hamil yang positif hepatitis B juga telah dilakukan secara bertahap di seluruh Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga memperkuat surveilans dan penemuan kasus pada populasi berisiko tinggi, seperti ibu hamil dan tenaga kesehatan.

Untuk hepatitis C, pemerintah menyediakan obat Direct Acting Antiviral (DAA) yang memiliki tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 90%.

Sejak 2017 hingga Juni 2024, lebih dari 11.689 pasien telah memulai terapi pengobatan hepatitis C, dengan 8.364 orang menyelesaikan pengobatan dan 3.139 di antaranya dinyatakan sembuh.

Meskipun prevalensi hepatitis di Indonesia telah menurun, angka kasus masih cukup tinggi. WHO mencatat bahwa Indonesia menempati peringkat keempat di kawasan Asia Tenggara untuk kejadian dan kematian akibat penyakit liver.

Oleh karena itu, penting bagi Kawan Puan untuk memahami hepatitis, melakukan langkah pencegahan yang diperlukan, dan menjalani pengobatan yang tepat jika terinfeksi. (*)

Baca Juga: Berapa Lama dan Apa Jenis Olahraga yang Harus Dilakukan Pengidap Hepatitis C?

Sumber: Kemenkes RI
Penulis:
Editor: David Togatorop


REKOMENDASI HARI INI

Lika-Liku Kehidupan Dokter Koas di Trailer Sekotengs, Lengkap dengan Sinopsis Series