Ibu-Ibu Perlu Tahu! Apa Itu Overmedication dan Bagaimana Cara Mengatasinya

Kinanti Nuke Mahardini - Rabu, 31 Juli 2024
Mengenal overmedication atau pengobatan berlebihan
Mengenal overmedication atau pengobatan berlebihan Freepik.com

Parapuan.co - Dokter dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik kerap mendapatkan keuntungan finansial lebih besar dengan memberikan lebih banyak layanan atau prosedur medis kendati mungkin  tidak semuanya diperlukan. 

Hal ini membuat pasien mendapatkan overtreatment dan overmedication.

Situasi ini diperburuk dengan rendahnya pemahaman pasien bahwa mereka berhak untuk kritis terhadap setiap rekomendasi tindakan medis dan pengobatan.

Lalu apa itu sebenarnya overmedication dan seperti apa bahayanya?

Overmedication, atau penggunaan obat yang berlebihan, adalah kondisi di mana seseorang mengonsumsi obat-obatan melebihi dosis yang dianjurkan atau lebih dari yang dibutuhkan untuk mengatasi kondisi medisnya.

Fenomena ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, mulai dari kesalahan diagnosis, interaksi obat yang tidak diperhatikan, hingga penggunaan obat secara sembarangan. 

Apa Itu Overmedication?

Overmedication adalah situasi di mana pasien mengonsumsi obat lebih dari yang dibutuhkan atau dalam jumlah yang melebihi dosis yang dianjurkan. Hal ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti:

  1. Penggunaan Obat yang Berlebihan: Mengonsumsi obat melebihi dosis yang diresepkan atau melanjutkan penggunaan obat setelah gejala mereda.
  2. Polifarmasi: Menggunakan lebih dari satu obat pada saat yang sama, yang sering kali menyebabkan interaksi obat yang tidak diinginkan.
  3. Keterbatasan Pengetahuan: Kurangnya pemahaman pasien atau penyedia layanan kesehatan mengenai cara penggunaan obat yang tepat.
  4. Resep Berlebihan: Dokter mungkin meresepkan obat tambahan tanpa memeriksa kembali obat-obatan yang sudah dikonsumsi pasien.

Bahaya Overmedication

Baca Juga: Terapi Stem Cell, Salah Satu Transformasi Indonesia Menuju Health Tourism

Overmedication dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan serius, antara lain:

  1. Efek Samping Obat: Konsumsi obat yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang merugikan seperti mual, pusing, ruam kulit, dan bahkan gangguan organ tubuh seperti hati atau ginjal.
  2. Interaksi Obat: Mengonsumsi beberapa obat secara bersamaan dapat menyebabkan interaksi yang berbahaya, mengurangi efektivitas obat atau memperburuk efek samping.
  3. Ketergantungan: Beberapa obat, terutama obat penghilang rasa sakit atau obat penenang, dapat menyebabkan ketergantungan atau penyalahgunaan jika digunakan secara berlebihan.
  4. Kesehatan Mental: Overmedication dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan kebingungan, perubahan suasana hati, atau bahkan gangguan kognitif.

Nah, hal ini menjadi perhatian para ahli hingga mendapatkan bahasan dalam diskusi Investortrust Power Talk bertema "Pentingnya Layanan Kesehatan yang Layak dan Tepat bagi Publik" yang digelar di  Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu, 31 Juli 2024.

“Pasien mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mempertanyakan atau memahami rekomendasi medis yang diberikan oleh dokter, sehingga mereka cenderung menerima semua tindakan yang disarankan tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut benar-benar diperlukan,” kata Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik dalam sebuah diskusi Investortrust Power Talk bertema "Pentingnya Layanan Kesehatan yang Layak dan Tepat bagi Publik".

Primus Dorimulu, Chief Excutive Officer PT Investortrust Indonesia Sejahtera selaku publisher Investortrust.id dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa apa yang diungkapkan Agus Pambagio soal overtreatment makin menjadi concern banyak pihak.  Concern ini, kata Primus,  makin mengemuka menyusul hasil temuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)  soal adanya Fraud atau kecurangan terhadap jaminan kesehatan nasional (JKN) oleh tiga rumah sakit (RS) swasta di Jawa Tengah (Jateng) dan Sumatera Utara (Sumut). Fraud telah  merugikan keuangan negara dalam hal ini BPJS Kesehatan hingga Rp35 miliar. 

“Fraud yang ditemukan KPK semakin menguatkan dugaan publik,  ada praktik-praktik over utilitas atau over treatment yang dilakukan pihak rumah sakit. Sejumlah kalangan bahkan menduga fenomena over utilitas atau over treatment telah terjadi secara sistemik di banyak rumah sakit, dengan alasan untuk menutupi biaya investasi pengadaan alat kesehatan yang relatif tinggi,” tutur Primus Dorimulu. 

Cara Mencegah dan Mengatasi Overmedication

Dalam kesempatan yang sama, dr. Purnamawati Sujud, SP.A(K)., MMPAED., dari Yayasan  Orangtua Peduli (YOP) yang juga praktisi medis menyampaikan, semua orang berhak mendapatkan layanan kesehatan yang terbaik seperti yang ditetapkan WHO. Berdasarkan ketentuan WHO, kata pendiri Yayasan Orangtua Peduli yang akrab disapa dr. Wati ini, layanan yang berkualitas adalah ketika pasien menerima perawatan yang sesuai kebutuhan medis mereka dengan dosis yang sesuai kebutuhan individual, dalam jangka waktu yang memadai dan informasi yang akurat, serta biaya yang serendah mungkin.

“Sederhananya, layanan kesehatan yang berkualitas dan aman adalah layanan yang berbasis bukti (evidence-based medicine),” tegas dr. Wati.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien, Kenali Terapi Stem Cell untuk Pengobatan Penyakit Degeneratif

Sepakat dengan dr. Wati, dr. Emira E. Oepangat, praktisi medis yang juga tergabung dalam Yayasan Orang Tua Peduli menyampaikan bahwa layanan yang berbasis bukti dipastikan akan menghasilkan layanan kesehatan yang berkualitas dan aman.

Disampaikan dr. Emira, layanan yang berbasis bukti (evidence-based medicine) akan merangkum sejumlah tindakan dari penyedia layanan kesehatan berupa Rekam Medis yang Lengkap, Benar,  dibuat dengan jelas dan ringkas, serta dengan persetujuan pasien.

Berikutnya transparansi, manajemen kasus, dan jalur klinis juga termasuk  elemen penting dalam sistem layanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien, efisiensi, dan koordinasi antar penyedia layanan kesehatan.

sebuah diskusi Investortrust Power Talk bertema "Pentingnya Layanan Kesehatan yang Layak dan Tepat bagi Publik"
sebuah diskusi Investortrust Power Talk bertema "Pentingnya Layanan Kesehatan yang Layak dan Tepat bagi Publik" Dok. Investortrust

“Manfaat dari Evidence-Based Medicine (EBM) mencakup pengendalian biaya yang dapat mencegah penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan, serta memastikan penggunaan data yang berpusat pada pasien untuk meningkatkan efektivitas klinis. Selain itu, EBM mendukung interoperabilitas yang telah diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan, memungkinkan pertukaran data yang lancar dan transparan, serta menyediakan data seumur hidup dan terbuka untuk penelitian dan inovasi,” ujar dr. Emira.

Untuk mengatasi dan mencegah overmedication, beberapa langkah berikut dapat diambil:

  1. Pahami dan Ikuti Petunjuk Penggunaan Obat: Selalu ikuti petunjuk dokter dan baca label obat dengan seksama. Jangan ragu untuk bertanya kepada penyedia layanan kesehatan jika ada yang tidak jelas.
  2. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: Diskusikan semua obat yang kamu konsumsi, termasuk obat bebas dan suplemen, dengan dokter atau apoteker. Ini membantu mencegah interaksi obat dan memastikan bahwa kamu tidak mengambil dosis yang berlebihan.
  3. Gunakan Daftar Obat: Buat daftar semua obat yang kamu konsumsi dan perbarui secara berkala. Ini akan membantu dokter dalam memberikan resep yang aman dan menghindari duplikasi.
  4. Jangan Berhenti Mengonsumsi Obat Tanpa Konsultasi: Jika kamu merasa perlu berhenti mengonsumsi obat, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan obat secara tiba-tiba dapat menyebabkan efek samping atau kekambuhan penyakit.
  5. Edukasi Diri: Tingkatkan pengetahuan kamu tentang obat yang dikonsumsi, termasuk potensi efek samping dan interaksi yang mungkin terjadi.
  6. Pantau Kesehatan Secara Rutin: Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk memastikan bahwa penggunaan obatmu masih sesuai dengan kebutuhan medismu.

Bayi-Balita Cenderung Berisiko Alami Overtreatment dan Overmedication

Soal masih terjadinya over treatment, dr Wati mengungkapkan, studi pola peresepan yang dilakukan YOP sejak 2003 sampai 2023 menunjukkan belum adanya perubahan yang berarti, terutama dalam hal over medication dan over treatment pada penyakit akibat infeksi yang kerap menyerang bayi dan balita.

“Studi kami menunjukkan bahwa masih kerap ditemui perawatan berlebihan yang tidak diperlukan (unnecessary excessive) yang lebih membawa risiko daripada manfaat. Untuk itu salah satu edukasi yang kami lakukan adalah menekankan pada komunitas bahwa terapi itu tidak hanya obat, tetapi juga termasuk nasehat atau saran profesional, terapi non-obat, rujukan atau second opinion, dan kombinasi semuanya,” tutur dr Wati.

Menanggapi sejumlah kasus dan kecenderungan perawatan dan layanan kesehatan yang mengarah pada overtreatment, Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo, S.Pi, MM mengingatkan kembali para tenaga layanan dan fasilitas kesehatan untuk kembali pada tujuan utama dari penyediaan layanan kesehatan.

“Para tenaga layanan kesehatan dalam upaya pemberian layanan kesehatan harus mewujudkan derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat dalam bentuk Upaya Kesehatan perseorangan  yang bersifat promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan atau paliatif yang berdampak hanya kepada individu”. 

Rahmad juga mengingatkan bahwa overtreatment juga bisa berimplikasi hukum bagi pelaku industri layanan kesehatan yang secara sengaja memberikan pelayanan melebihi standar pelayanan yang seharusnya diterima pasien.

“Memang harus ada efek jera. Overtreatment, juga termasuk  petugas layanan kesehatan yang bekerja sama dengan industri farmasi saat memberikan layanan kesehatan, bisa dipidanakan. Ada kasus tenaga medis menerima gratifikasi dari perusahaan farmasi, ini tentu bisa dipidanakan,” tegas Rahmad.

Overmedication adalah masalah serius yang dapat menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Memahami apa itu overmedication, bahaya yang ditimbulkannya, serta langkah-langkah pencegahan yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Dengan pendekatan yang hati-hati terhadap penggunaan obat dan komunikasi yang baik dengan penyedia layanan kesehatan, kamu dapat mengurangi risiko overmedication dan memastikan bahwa kamu mendapatkan manfaat maksimal dari pengobatan yang kamu terima.

Baca Juga: Diet Khusus Anak Penderita Kanker, Kenali Efek Samping Pengobatan

*Sebagian artikel ini ditulis dengan bantuan kecerdasan buatan atau AI.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Ibu-Ibu Perlu Tahu! Apa Itu Overmedication dan Bagaimana Cara Mengatasinya