Adapun hal yang dapat Kawan Puan lakukan adalah dengan memberikan penjelasan tentang jenis-jenis kekerasan terhadap anak dan bagaimana cara melindungi diri.
Dengan begitu anak akan lebih memahami ketika mereka menjadi korban kekerasan dan berani untuk menyampaikan apa yang terjadi termasuk meminta bantuan.
“Orangtua bisa memberikan pemahaman pada anak bagaimana cara mendengarkan orang lain yang bertujuan menumbuhkan rasa empati, lalu menanyakan bagaimana keseharian anak di sekolah serta mengajarkan anak cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan,” kata Vera.
Kemudian, orang tua juga perlu peka melihat indikasi tertentu ketika anak menjadi korban kekerasan.
Karena, pada anak-anak, perilaku tertentu dapat mengindikasikan potensi suatu masalah.
Jika kamu melihat salah satu tanda peringatan tertentu, atau memiliki kekhawatiran tentang perilaku anak, carilah bantuan.
Berdasarkan panduan Carolinas Medical Center Violence Prevention Committee, ada beberapa tanda yang perlu diperhatikan berdasarkan usia anak, yaitu:
Tanda-tanda Peringatan pada Anak Usia Prasekolah:
- Sering mengamuk atau meledak-ledak yang berlangsung lama atau terjadi tanpa alasan yang jelas.
- Sangat aktif, impulsif, dan tidak takut.
- Menolak mengikuti arahan atau mendengarkan orang dewasa secara teratur.
- Terlibat dalam permainan yang menyakiti anak-anak lain.
- Sering menyaksikan kekerasan di rumah atau di masyarakat.
Baca Juga: Kekerasan Digital pada Anak Kian Merebak di Media Sosial, Waspada Hal Ini
Tanda-tanda Peringatan pada Anak Usia Sekolah:
- Berprestasi buruk di sekolah, mudah frustrasi, tidak mendengarkan orang dewasa atau sulit memperhatikan.
- Memiliki sedikit teman atau berteman dengan anak-anak yang agresif atau sulit diatur.
- Berkelahi dengan anak-anak lain dan bertindak kasar terhadap orang atau hewan.
- Bereaksi terhadap kekecewaan, kritik, atau ejekan dengan kemarahan, menyalahkan atau ancaman balas dendam.
- Tidak peduli atau sama sekali mengabaikan perasaan orang lain.
Tanda-tanda Peringatan pada Remaja:
- Berprestasi buruk di sekolah, membolos, diskors atau putus sekolah.
- Bergabung dengan geng atau mulai bergaul dengan anak-anak yang suka merusak barang, mencuri, atau berkelahi.
- Menggunakan alkohol atau narkoba.
- Mengabaikan hak orang lain dan tidak mendengarkan orang yang berwenang.
- Merasa hidupnya tidak adil.
- Menyelesaikan masalah dengan ancaman atau kekerasan fisik.
Penting untuk diingat bahwa anak yang mengalami kekerasan berpotensi menjadi pelaku di masa depan.
Maka dari itu mari cegah agar generasi penerus bangsa dari tragedi kekerasan.
(*)