Parapuan.co - Kasus kekerasan pada anak yang terjadi di sebuah daycare atau tempat penitipan anak yang ramai belakangan ini menunjukkan bahwa tak ada lagi ruang aman bagi mereka.
Ironisnya lagi, orang dan tempat yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak malah menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.
Data UNICEF (2020) menunjukkan bahwa rumah, sekolah, dan komunitas, yang seharusnya menjadi tempat aman, tak luput dari bayang-bayang kelam ini.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), tercatat pada rentang Januari hingga Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak.
Lebih rinci, terdapat 5.552 korban anak perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki.
Kekerasan terhadap anak adalah masalah global yang kompleks dan dampaknya bisa sangat luas.
Perempuan, sebagai pengasuh utama dan seringkali menjadi korban kekerasan sendiri, memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan dan perlindungan anak dari kekerasan.
Mengapa perempuan punya peran yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak?
Peran Perempuan Cegah Kekerasan pada Anak
Baca Juga: Influencer Aniaya Balita di Daycare, Mengapa Seseorang Melakukan Kekerasan pada Anak?
Penting untuk diingat bahwa perempuan seringkali memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak-anak.
Hal ini memungkinkan kita sebagai perempuan untuk lebih peka terhadap tanda-tanda kekerasan dan kebutuhan perlindungan anak.
Psikolog anak dan remaja, Vera Hadiwidjojo, menjelaskan bahwa dampak kekerasan yang terjadi pada anak tidak bisa dianggap sepele.
“Anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan akan mengalami gangguan psikis seperti merasa rendah, merasa tidak berharga, dan parahnya bisa mengakibatkan depresi,” kata Vera seperti melansir Kompas.com.
Di sisi lain, seringkali perempuan menjadi korban kekerasan itu sendiri.
Dengan begitu, perempuan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang trauma yang dialami oleh korban kekerasan dan dapat memberikan dukungan emosional yang lebih baik pada anak.
Ditambah lagi, pengalaman pribadi sebagai korban dapat memotivasi perempuan untuk menjadi advokat yang kuat bagi anak-anak yang mengalami kekerasan.
Lantas apa yang bisa perempuan lakukan untuk mencegah dan melindungi anak dari kekerasan?
Baca Juga: Perjuangan Menteri PPPA Bintang Puspayoga dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Adapun hal yang dapat Kawan Puan lakukan adalah dengan memberikan penjelasan tentang jenis-jenis kekerasan terhadap anak dan bagaimana cara melindungi diri.
Dengan begitu anak akan lebih memahami ketika mereka menjadi korban kekerasan dan berani untuk menyampaikan apa yang terjadi termasuk meminta bantuan.
“Orangtua bisa memberikan pemahaman pada anak bagaimana cara mendengarkan orang lain yang bertujuan menumbuhkan rasa empati, lalu menanyakan bagaimana keseharian anak di sekolah serta mengajarkan anak cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan,” kata Vera.
Kemudian, orang tua juga perlu peka melihat indikasi tertentu ketika anak menjadi korban kekerasan.
Karena, pada anak-anak, perilaku tertentu dapat mengindikasikan potensi suatu masalah.
Jika kamu melihat salah satu tanda peringatan tertentu, atau memiliki kekhawatiran tentang perilaku anak, carilah bantuan.
Berdasarkan panduan Carolinas Medical Center Violence Prevention Committee, ada beberapa tanda yang perlu diperhatikan berdasarkan usia anak, yaitu:
Tanda-tanda Peringatan pada Anak Usia Prasekolah:
- Sering mengamuk atau meledak-ledak yang berlangsung lama atau terjadi tanpa alasan yang jelas.
- Sangat aktif, impulsif, dan tidak takut.
- Menolak mengikuti arahan atau mendengarkan orang dewasa secara teratur.
- Terlibat dalam permainan yang menyakiti anak-anak lain.
- Sering menyaksikan kekerasan di rumah atau di masyarakat.
Baca Juga: Kekerasan Digital pada Anak Kian Merebak di Media Sosial, Waspada Hal Ini
Tanda-tanda Peringatan pada Anak Usia Sekolah:
- Berprestasi buruk di sekolah, mudah frustrasi, tidak mendengarkan orang dewasa atau sulit memperhatikan.
- Memiliki sedikit teman atau berteman dengan anak-anak yang agresif atau sulit diatur.
- Berkelahi dengan anak-anak lain dan bertindak kasar terhadap orang atau hewan.
- Bereaksi terhadap kekecewaan, kritik, atau ejekan dengan kemarahan, menyalahkan atau ancaman balas dendam.
- Tidak peduli atau sama sekali mengabaikan perasaan orang lain.
Tanda-tanda Peringatan pada Remaja:
- Berprestasi buruk di sekolah, membolos, diskors atau putus sekolah.
- Bergabung dengan geng atau mulai bergaul dengan anak-anak yang suka merusak barang, mencuri, atau berkelahi.
- Menggunakan alkohol atau narkoba.
- Mengabaikan hak orang lain dan tidak mendengarkan orang yang berwenang.
- Merasa hidupnya tidak adil.
- Menyelesaikan masalah dengan ancaman atau kekerasan fisik.
Penting untuk diingat bahwa anak yang mengalami kekerasan berpotensi menjadi pelaku di masa depan.
Maka dari itu mari cegah agar generasi penerus bangsa dari tragedi kekerasan.
(*)