Target utamanya perempuan, dan video yang diambil secara ilegal ini sering kali diunggah ke situs web di mana orang-orang membayar untuk mengaksesnya.
Fenomena ini telah menyebabkan trauma yang mendalam bagi banyak perempuan di Korea Selatan.
Mengutip Time, dalam kurun waktu antara 2013 dan 2018, lebih dari 30.000 kasus perekaman dengan kamera tersembunyi dilaporkan kepada polisi, menurut laporan media.
Namun, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi mengingat banyak korban yang merasa takut atau malu untuk melaporkannya.
Dampak Sosial dan Tanggapan Masyarakat
Kasus-kasus Molka telah memicu kemarahan publik yang luar biasa, khususnya pada 2018 lalu.
Kala itu, ribuan perempuan turun ke jalan di Seoul dengan membawa spanduk bertuliskan "My life is not your porn" (Hidupku bukan pornomu) sebagai bentuk protes terhadap perekaman ilegal.
Aksi protes ini memaksa pemerintah Korea Selatan untuk melakukan reformasi hukum, termasuk memperkenalkan undang-undang yang memperberat hukuman bagi pelaku dan memberikan dukungan lebih kepada korban.
Kendati demikian, perjuangan mendapatkan keadilan masih jauh dari selesai. Terlebih jika melihat kasus kejahatan seksual Molka yang menginvestigasi Taeil.