Parapuan.co - Kurangnya representasi perempuan di lembaga pendidikan tinggi masih menjadi tantangan global yang terus berlanjut, meskipun telah terjadi kemajuan signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Meskipun telah ada perbaikan, kesenjangan gender masih terjadi di berbagai wilayah dan bidang studi.
Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Summer Xia, Country Director Indonesia British Council, sebenarnya partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi di Indonesia sebenarnya telah meningkat dan menunjukkan tren yang positif. Namun, dari apa yang diamatinya, representasi perempuan dalam peran kepemimpinan di lembaga pendidikan tinggi masih perlu ditingkatkan karena masih didominasi laki-laki.
“Jadi dari jumlah rektor yang saya temui, sebagian besar adalah laki-laki dan saya rasa saya tidak banyak bertemu dengan rektor perempuan,” ujar Summer saat diwawancarai PARAPUAN.
Minimnya representasi kaum hawa di posisi puncak membuat perempuan muda merasa tidak memiliki panutan untuk diteladani, yang bisa membuat mereka berpikir tidak bisa mencapai posisi tinggi institusi pendidikan tinggi.
Di sisi lain, sayangnya partisipasi perempuan cenderung hanya berfokus pada jurusan yang dianggap cocok untuk perempuan atau dianggap lebih feminin. Disampaikan oleh Summer bahwa hambatan gender dan norma sosial memandang bahwa jurusan tertentu dianggap lebih cocok untuk perempuan dibandingkan dengan jurusan lain.
“(Jurusan) Sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM). Lebih sedikit perempuan yang berpartisipasi atau menekuni jurusan ini dibandingkan laki-laki. (Jurusan) bahasa, psikologi, mungkin dianggap lebih cocok untuk perempuan,” tutur Summer lagi.
Penting untuk dipahami bahwa norma sosial dan stereotip gender ini nantinya juga bisa berdampak pada lingkup pekerjaan. Dimana pilihan pendidikan yang akan diambil seorang akan turut memengaruhi bagaimana perempuan memilih pekerjaannya.
Dengan kata lain, seberapa besar representasi perempuan di posisi strategis pada sektor pendidikan tinggi memiliki dampak yang signifikan terhadap tercapainya kesetaraan gender di dunia kerja.
Baca Juga: Peduli Isu Terkait Perempuan, Paus Fransiskus Pernah Mengimbau Tentang Ini
“Bagaimana perempuan dipromosikan ke posisi manajemen senior di sektor pendidikan tinggi, dapat memainkan peran yang lebih strategis dalam menggerakkan sektor tersebut,” tutur Summer.
Ia juga mengingatkan bahwa kita perlu menciptakan lebih banyak panutan perempuan bagi gadis-gadis muda lainnya.
“Jadi, menurut saya, kita perlu menciptakan jalur dan lingkungan yang bisa mendukung (tujuan tersebut), sehingga mereka dapat berhasil mencapai kesetaraan,” tambahnya.
Maka melihat hal tersebut, British Council sebagai organisasi internasional untuk hubungan budaya, berusaha untuk membangun lanskap pendidikan tinggi di Asia Tenggara yang lebih setara, beragam dan inklusif.
“Kami bekerja di lebih dari 100 negara. Itulah sebabnya kami memiliki komitmen serius untuk mengarusutamakan kesetaraan, keberagaman, dan inklusi. Tanpa komitmen itu, kami tidak akan dapat melakukan pekerjaan yang kami lakukan, karena kami berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda setiap hari,” tutur Summer yang mengatakan bahwa pendidikan adalah prioritas utama British Council dan dianggap sebagai bagian penting dari aset budaya.
Untuk mewujudkan DNA British Council yang selalu mempromosikan da mengutamakan kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas, ragam program yang dibuat dipastikan dapat memenuhi prinsip tersebut. Misalnya saja di tingkat regional, bersama sejumlah partner, British Council meluncurkan sebuah proyek yang bertujuan untuk menguatkan kepemimpinan di lembaga pendidikan tinggi di Asia Tenggara.
“Jadi proyek ini bertujuan untuk memberdayakan para pemimpin pendidikan tinggi dalam memungkinkan akses yang lebih adil dan inklusif bagi kelompok yang kurang terwakili di sektor pendidikan tinggi di Inggris dan Asia Tenggara, termasuk kaum perempuan,” jelas Summer.
Baca Juga: Beasiswa Khusus Perempuan Indonesia, Ini Syarat dan Cara Daftar Djitu 2024
Dalam menjalani program tersebut, British Council bekerja sama dengan 35 perguruan tinggi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Misalnya seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas Sebelas Maret.
Pada program lainnya, organisasi internasional yang sudah berada di sekitar 100 negara ini juga berusaha menyoroti representasi perempuan di bidang STEM. Yaitu dengan memberikan beasiswa khusus untuk mendukung perempuan muda untuk menekuni pendidikan di jurusan STEM tingkat magister di Inggris.
“Jadi ini adalah beasiswa penuh. Jadi perempuan muda akan memiliki kesempatan untuk mempelajari mata kuliah STEM di Inggris. Ini upaya untuk mempromosikan kesetaraan gender di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika, yang mana kami menyadari ada kesenjangan nyata di antara perempuan di sektor tersebut di tingkat akademis,” tutur Summer lagi.
Bahkan diamati pula olehnya bahwa kesenjangan ini juga terjadi di dunia kerja, bahwa representasi perempuan masih belum setara di bidang STEM. Itulah sebabnya yang membuat British Council menghadirkan program ASEAN-UK SAGE Women in STEM Scholarships untuk meningkatkan kesempatan bagi perempuan di bidang ini lebih berkembang. Beasiswa ini secara langsung menjadi salah satu cara mengatasi kesenjangan gender di bidang STEM dengan menyediakan bantuan keuangan dan kesempatan bimbingan bagi perempuan berbakat.
“Jadi, beasiswa ini membantu meruntuhkan hambatan finansial dan juga menyediakan dukungan penting bagi perempuan yang mengejar karier di bidang STEM,” jelasnya.
Apa yang dilakukan oleh British Council adalah salah satu strategi efektif dalam mempromosikan kesetaraan gender dan inklusivitas dalam pendidikan tinggi. Dengan mengatasi faktor-faktor mendasar yang berkontribusi terhadap kurangnya representasi perempuan dan menerapkan strategi yang efektif, kita dapat menciptakan lanskap pendidikan tinggi yang lebih adil dan inklusif. Pasalnya, ini bukan hanya tentang sistem pendidikan saja.
Seperti disampaikan oleh Summer, setelah lulus, pekerjaan yang akan dipilih oleh para mahasiswi perempuan dan apakah mereka dapat mengisi posisi penting di perusahaan tersebut, juga hal yang penting untuk dipikirkan. Dengan semakin banyak perempuan di posisi penting, kita bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap peran perempuan itu sendiri.
“Kita bisa melibatkan lebih banyak orang, tidak hanya pemerintah, tidak hanya universitas, tetapi juga sektor swasta, pasar kerja. Bagaimana kita bisa melibatkan lebih banyak perusahaan untuk mewujudkan (tujuan itu), karena sebenarnya ada manfaat besar dalam mempromosikan kesetaraan gender,” ujar Summer mengingatkan. Menurutnya, ada banyak sekali bakat, dan kita dapat memanfaatkan lulusan perempuan serta menciptakan ekosistem yang akan memberdayakan perempuan.
Maka dari itu, pemberdayaan perempuan melalui pendidikan sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan. Mencapai kesetaraan gender di sektor pendidikan tinggi bukan hanya sekadar tujuan, tetapi juga warisan berharga yang akan kita berikan kepada generasi mendatang.
(*)
Baca Juga: Beri Ruang Aman, Maskapai Ini Izinkan Penumpang Perempuan Duduk Sebelahan