Parapuan.co - Kawan Puan, setiap tahunnya sekitar 12 juta anak perempuan di bawah umur 18 tahun di seluruh dunia dipaksa untuk menikah.
Data terbaru dari Pemerintah Kanada pada 2024 seperti melansir Government of Canada mencatat, saat ini ada lebih 650 juta perempuan dan anak perempuan di dunia menikah di bawah umur.
Jumlah tersebut mencerminkan betapa besarnya bagi hak-hak dan masa depan perempuan muda.
Salah satu cara paling efektif untuk mencegah perkawinan paksa ini adalah dengan memberdayakan perempuan.
Pemberdayaan memungkinkan perempuan memiliki kendali atas kehidupan mereka dan dapat menolak praktek kawin paksa.
Mengapa Pemaksaan Perkawinan Harus Dihentikan?
Pemaksaan perkawinan pada anak perempuan adalah masalah global yang berdampak besar, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Statistik menunjukkan bahwa 40 persen perempuan muda (usia 20-24 tahun) di negara berkembang menikah sebelum usia 18 tahun, dan 12 persen menikah sebelum usia 15 tahun.
Alasan pemaksaan perkawinan sering kali terkait dengan ketidaksetaraan gender, kemiskinan, ketidakamanan, dan kehamilan di luar nikah.
Baca Juga: Komnas Perempuan Sebut 6 Bahaya Perkawinan Anak di Masa Depan
Bahkan, kawin paksa juga dapat terjadi karena tradisi, seperti tradisi Kawin Tangkap yang ada di Sumba.
Risiko Pemaksaan Perkawinan pada Anak Perempuan
Perempuan yang dipaksa menikah pada usia muda dihadapkan pada berbagai risiko, antara lain:
1. Kekerasan berbasis gender
Mereka sering kali dipaksa melakukan hubungan seksual dan hamil sebelum mereka siap secara fisik atau mental.
2. Komplikasi kesehatan: Risiko komplikasi saat melahirkan meningkat, dan kematian saat persalinan menjadi penyebab kematian pada anak perempuan usia 15-19 tahun di negara berkembang.
3. Penyebaran penyakit: Pengantin anak lebih rentan terhadap infeksi HIV/AIDS.
4. Terbatasnya akses pendidikan dan kesempatan: Mereka cenderung putus sekolah dan sulit mengakses pekerjaan di luar rumah, sehingga kemiskinan semakin memburuk.
Pentingnya Pemberdayaan Perempuan
Baca Juga: 5 Upaya Mencegah serta Melawan Kekerasan dan Perkawinan Anak di Lingkungan Keluarga
Untuk menghentikan praktek perkawinan anak, pemberdayaan perempuan adalah kunci utama.
Ketika anak perempuan dan perempuan muda memiliki akses ke pendidikan, layanan kesehatan, dan hak asasi, mereka dapat memutus siklus kemiskinan dan kekerasan.
Pemberdayaan perempuan melibatkan beberapa aspek penting sebagai berikut:
1. Pendidikan: Perempuan yang terus bersekolah memiliki peluang lebih besar untuk menunda pernikahan dan meraih karier yang lebih baik.
Pendidikan juga memberikan perempuan pengetahuan untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait kehidupan mereka.
2. Kesehatan: Dengan memahami pentingnya kesehatan reproduksi dan akses ke layanan kesehatan, perempuan muda dapat menghindari kehamilan dini dan komplikasi kesehatan lainnya.
3. Hak Asasi Manusia: Ketika anak perempuan belajar tentang hak-hak asasi mereka, mereka lebih mampu melawan tekanan sosial yang mengarah pada perkawinan paksa.
Upaya Global untuk Mengakhiri Pemaksaan Perkawinan
Pemerintah dan masyarakat perlu berperan aktif dalam memerangi perkawinan anak, baik melalui peningkatan kesadaran maupun investasi pada program-program pemberdayaan perempuan.
Baca Juga: Cegah Perkawinan Anak, Ini Penyebab dan Dampak Pernikahan Dini terhadap Perempuan
Ini bahkan termasuk dalam target PBB untuk mengakhiri perwakinan anak, pernikahan dini, dan pernikahan paksa dalam "Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030".
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan aksi di berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, serta kebijakan dan hukum yang kuat.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk pemberdayaan perempuan, terutama anak-anak di bawah umur, antara lain:
- Membantu anak perempuan memahami dan memperjuangkan hak-hak mereka.
- Menyediakan ruang aman bagi anak perempuan untuk belajar keterampilan hidup.
- Melibatkan keluarga dan komunitas dalam mengubah pandangan dan perilaku terkait perkawinan paksa.
- Bekerja sama dengan para pemimpin agama dan budaya, serta melibatkan laki-laki dan anak laki-laki dalam diskusi ini.
Mengakhiri pemaksaan perkawinan tidak hanya berdampak positif pada perempuan, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan.
Ketika perempuan diberdayakan, mereka dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi, memutus siklus kemiskinan, dan menciptakan masa depan yang lebih adil dan setara.
Pemberdayaan perempuan adalah langkah penting dalam menciptakan dunia di mana anak perempuan dapat tumbuh tanpa takut dipaksa menikah dan dapat meraih potensi dirinya secara maksimal.
Baca Juga: Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak, Ini 5 Hal yang Bisa Dilakukan
(*)