Rentan Dialami saat Terjadi Perundungan, Apa Itu Sexual Bullying?

Tim Parapuan - Selasa, 24 September 2024
Fakta dugaan bullying di Binus School
Fakta dugaan bullying di Binus School lakshmiprasad S

Parapuan.co - Kasus perundungan yang terjadi di SMA Binus Simprug, yang melibatkan siswa berinisial RE (16) telah menarik perhatian publik.

Kasus ini mendapat sorotan ketika pelapor menyampaikan versi kronologisnya, termasuk klaim bahwa ia dikeroyok oleh lebih dari 10 siswa dan mengalami pelecehan di toilet sekolah.

RE mengaku mengalami pelecehan seksual dengan dipegang di bagian tubuhnya di depan perempuan dan laki-laki.

Ia juga menyebutkan bahwa pantatnya dipegang di depan kelas.

Hal ini mengilustrasikan kompleksitas perundungan di lingkungan sekolah, yang dapat mencakup elemen sexual bullying.

Melansir dari Kompas.com, sexual bullying sendiri adalah intimidasi dengan melecehkan korban melalui komentar atau tindakan seksual.

Pelecehan seksual juga disebut dengan sexual bullying karena bisa terjadi dalam kasus perundungan, meski umumnya yang terjadi dalam kasus tersebut adalah kekerasan fisik dan verbal.

Korban sexual bullying biasanya mendapatkan intimidasi dengan cara diganggu, digosipkan, diejek, dihina, dipermalukan, bahkan dilecehkan.

Baca Juga: Kemendikbud Perangi Perundungan di Kampus dengan Aturan Baru

 

Berbeda dengan bentuk perundungan lain, sexual bullying biasanya sulit diketahui karena tidak selalu menunjukkan bekas luka atau kekerasan fisik.

Perilaku sexual bullying bisa dipicu oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Merasa kuat

Sexual bullying sulit dilepaskan dari hubungan kuasa, misalnya ketika salah satu pihak memiliki kekuatan lebih ketimbang pihak lainnya.

Dalam hal ini, pelaku sexual bullying bisa menyasar korban yang dianggapnya lemah dan tidak berdaya. 

2. Penampilan

Anak yang beranjak remaja cenderung memperhatikan penampilan dan pendapat tentang dirinya dari teman-temannya.

Hal tersebut dilakukan supaya mereka dapat tampil lebih dewasa dan diterima.

3. Mencari Perhatian

Baca Juga: Mahasiswi Undip Diduga Bunuh Diri karena Bully, Kenali Jenis Perundungan pada Orang Dewasa

Pelaku sexual bullying biasanya melancarkan perilaku tidak terpuji mereka dengan membeberkan cerita yang "menarik" dan bergosip tentang korbannya.

Tak hanya itu, pelaku sexual bullying juga tidak ragu membocorkan rahasia mengenai korbannya. 

4. Merasa Insecure

Insecure tidak selalu membuat orang-orang berdiam atau menutup diri, perasaan ini juga mendorong sexual bullying terjadi.

Pelaku sexual bullying yang merasa insecure dapat melancarkan aksinya ketika mereka merasa tidak pede dengan tubuh atau performa seksnya.

5. Menghilangkan Persaingan

Sexual bullying dapat dipicu oleh keinginan menghilangkan persaingan dengan orang lain karena cemburu.

Kemungkinan, pelaku sexual bullying merasa korbannya lebih menarik secara sex appeal, lebih pintar, atau terkenal.

6. Meniru Orang Lain

Baca Juga: Dampak Bullying bagi Korban, Mulai dari Emosional hingga Akademis

Pelaku sexual bullying bisa melancarkan perilaku tidak terpuji karena melihat orang lain yang melakukan hal serupa.

Dalam hal ini, acara TV, konten di media sosial, musik, atau film dapat menginspirasi pelaku untuk melakukan sexual bullying. 

Ada berbagai contoh yang membuktikan sexual bullying telah terjadi, Berikut daftarnya.

- Memanggil orang lain secara gamblang berkonotasi seksual dan panggilan yang menghina.

- Meneruskan chat dan gambar yang jelas-jelas tidak pantas.

- Mempermalukan atau melakukan cyberbullying.

- Memegang pakaian orang lain atau menyinggung mereka dengan cara seksual secara disengaja.

- Meniru orang lain secara online dan membuat komentar atau perilaku seksual atas nama mereka.

- Membuat komentar tentang preferensi seksual atau aktivitas.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER LOVE AND LIFE: Rahasia Andien Aisyah Lakukan Me Time hingga 5 Tahap dalam Kencan

- Menunjukkan gerakan yang bernuansa seksual kepada orang lain.

- Membuat lelucon atau komentar bernada seksual.

- Catcalling atau melecehkan orang lain.

- Memposting komentar, gambar, atau video seksual di situs media sosial.

- Melakukan sexting, entah untuk menggoda, mengajak berhubungan seksual, atau menekan orang lain.

- Membagikan foto atau video yang tidak pantas.

- Menyebarkan rumor atau gosip bernada seksual tentang orang lain.

- Menyentuh, memegang, atau mencubit orang lain dengan cara seksual secara sengaja.

- Menulis komentar seksual tentang prang lain di blog, kamar mandi, atau di tempat umum lainnya.

Baca Juga: Korban Pelecehan Seksual Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental

(*)

Ken Devina

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Dipakai Membungkus Lemper Ayam, Ini Rahasia agar Daun Pisang Tak Mudah Sobek