Tantangan Perempuan yang Jadi Caregiver Lansia, Salah Satunya Sulit Merawat Diri

Arintha Widya - Selasa, 1 Oktober 2024
Tantangan perempuan sebagai caregiver lansia.
Tantangan perempuan sebagai caregiver lansia. sasirin pamai

Parapuan.co - Kawan Puan, tampaknya perempuan bukan hanya diharapkan menjadi pengasuh utama anak-anak mereka.

Sebagian besar masyarakat dunia menganggap perempuan juga dapat menjadi pengasuh orang tua di usia lanjut (lansia).

Hal itu terungkap dalam sebuah survei di Kanada sebagaimana melansir The Conversation.

Survei di tahun 2022 di Kanada mencatat, lebih dari setengah populasi perempuan dan remaja putri di atas 15 tahun (hampir 8,4 juta orang), mengabdikan diri untuk menjadi caregiver.

Mereka menjadi caregiver bagi anak-anak maupun lansia, ada yang karena mengabdi pada orang tuanya, ada pula yang merawat karena dibayar (bekerja sebagai caregiver).

Angka di atas menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam peran merawat atau caregiving cukup besar di masyarakat.

Pertanyaannya, tantangan seperti apa yang dihadapi perempuan yang berperan sebagai caregiver bagi lansia?

Terlebih jika mereka harus pula menyeimbangkan perannya dengan kebutuhan dan kesejahteraan pribadi. Yuk, simak informasinya!

Tugas Merawat Orang Tercinta

Baca Juga: Perempuan Tangguh, Ini Tantangan Maria Indra Jadi Caregiver Suami yang Lumpuh karena Stroke

Perempuan yang menjadi caregiver sering kali menjadi pasien sekunder tanpa mereka sadari.

Ini karena perempuan caregiver merawat orang lain terus menerus, tetapi boleh jadi melewatkan perawatan pada kesejahteraan fisik dan emosional mereka sendiri.

Dalam konteks menjadi caregiver dari orang tua sendiri di rumah, anak perempuan sering menghadapi tantangan menyeimbangkan tanggung jawab dengan kebutuhan pribadinya.

Sering kali, mereka tidak mendapatkan pengakuan dan dukungan yang memadai ketika menjalankan peran tersebut.

Hal ini dapat terjadi di lingkungan masyarakat dengan peran gender tradisional yang kuat.

Akibatnya, perempuan kekurangan ruang untuk memprioritaskan perawatan diri, sehingga menjadi pasien sekunder.

Tantangan Sandwich Caregiving

Salah satu tantangan yang umum dihadapi oleh perempuan caregiver adalah sandwich caregiving.

Dengan kata lain, perempuan berada dalam posisi terjepit antara merawat anak-anak dan orang tua atau mertua yang menua.

Baca Juga: Kenapa Anak Perempuan Sering Menjadi Pengasuh Utama Orang Tuanya?

Tanggung jawab ganda ini memberikan tekanan besar, baik secara mental maupun fisik, saat mereka berusaha memberikan perawatan keluarga.

Bila itu terjadi, bagaimana perempuan bisa menghadapi tantangan tersebut?

Kawan Puan yang menjadi caregiver bagi lansia butuh lebih banyak dukungan dari keluarga (pasangan, saudara kandung) dan tempat kerja (jika bekerja di luar rumah).

Sama seperti ibu hamil dan melahirkan yang punya hak cuti, perempuan sebagai caregiver lansia juga dapat diberi cuti keluarga.

Meski mungkin tidak ada cuti khusus, cuti tahunan bisa digunakan perempuan untuk merawat lansia jika ada kondisi darurat, tanpa memotong gaji bulanannya.

Selain itu, perlu pula adanya dukungan berbasis komunitas yang menyediakan waktu istirahat bagi caregiver.

Memberdayakan perempuan caregiver memerlukan perubahan mendasar dalam sikap dan norma sosial.

Ini melibatkan pengakuan dan penghargaan atas kontribusi mereka, sambil memberikan ruang bagi perempuan untuk memprioritaskan kesejahteraan diri sendiri.

Mungkinkah Kawan Puan juga berperan sebagai caregiver di rumah? Apa tantangan yang kamu hadapi?

Baca Juga: Caregiver Perlu Tahu, Ternyata Ini Alasan Mengapa Lansia Mudah Marah

(*)

Sumber: The Conversation
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

3 Tips Manfaatkan Uang Pesangon PHK Jadi Modal untuk Wirausaha