Parapuan.co - Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar setiap manusia.
Namun, dalam praktiknya, penyediaan layanan kesehatan seringkali dihadapkan pada berbagai kendala.
Rumah sakit dan klinik, sebagai institusi yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat, menghadapi tantangan yang kompleks dalam memberikan pelayanan yang optimal.
Hal tersebut seperti terkuak dalam survei Future Health Index 2024 yang diluncurkan pada 1 Oktober lalu di Jakarta, yang turut dihadiri PARAPUAN.
Dalam temuan tersebut diketahui bahwa tiga dari empat pemimpin layanan kesehatan (76%) di Indonesia melaporkan mereka kekurangan tenaga kerja.
Hal ini pun menyebabkan penundaan dalam perawatan pasien yang menjadi masalah utama dalam organisasi mereka.
Untuk mengatasi permasalahan kekurangan staf, pihak pengelola layanan kesehatan telah mengimplementasikan sistem otomatisasi guna mengurangi tugas administratif tenaga kesehatan dan memberikan kemudahan akses bagi pasien.
Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh pemimpin layanan kesehatan di Indonesia mengamati adanya peningkatan signifikan dalam kualitas pelayanan kesehatan berkat adanya layanan perawatan virtual.
Baca Juga: Imbauan IDAI Terkait Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Hindari Dulu Obat Sirup Paracetamol
Hal ini tercermin dari peningkatan kapasitas pelayanan pasien dan fleksibilitas waktu kerja tenaga kesehatan.
Dengan visi untuk mencapai efisiensi dan inovasi yang lebih tinggi, para pemimpin layanan kesehatan bertekad untuk terus mengembangkan potensi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Adapun rencana mereka mencakup integrasi AI dalam berbagai layanan rumah sakit, seperti pemantauan pasien, perencanaan pengobatan, radiologi, dan pusat kendali klinis.
Hal ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan klinis dalam tiga tahun mendatang.
Sebanyak 74 persen berencana untuk berinvestasi dalam AI generatif dalam tiga tahun ke depan, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global (56%).
Lebih dari itu, terdapat potensi transformatif dari wawasan berbasis data yang bisa mengatasi tantangan integrasi data.
Maka, untuk memanfaatkan inovasi terbaru, para pemimpin perawatan kesehatan di Indonesia ini pun melihat perlunya meningkatkan keamanan dan privasi data.
Namun di satu sisi juga harus bisa memberikan lebih banyak transparansi tentang bagaimana data akan digunakan dan meningkatkan akurasi data.
Baca Juga: Riset IDI Dukung Studi Percontohan untuk Pengelolaan Penyakit Kronis
Transformasi digital bukan hanya dibutuhkan untuk mengatasi tantangan dalam kesenjagan pekerja dan wawasan, tapi juga masalah keberlanjutan lingkungan.
Dalam temuan Future Health Index 2024, diketahui bahwa agar layanan kesehatan tetap berkelanjutan, hampir semua pemimpin layanan kesehatan sepakat bahwa pengurangan emisi karbon dan dampak lingkungan dari layanan kesehatan harus menjadi prioritas utama bagi organisasi kesehatan (99% setuju) dan pemerintah (97% setuju).
Pengadaan yang berkelanjutan (misalnya, peralatan yang sirkular) merupakan strategi utama yang saat ini diterapkan oleh para pemimpin layanan kesehatan (51%), dan 39% berencana menerapkannya dalam tiga tahun ke depan.
Maka untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut salah satunya perlu melalukan transformasi digital dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
"Inovasi dan teknologi telah menjadi kekuatan penting dalam transformasi layanan kesehatan di Indonesia. Dengan strategi transformasi kesehatan digital yang berjalan seiring dengan visi 'Indonesia Sehat 2025', kami bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi seluruh masyarakat Indonesia dan mewujudkan Indonesia Sehat," ujar Setiaji S.T., M.Si., Chief Digital Transformation Officer, Kementerian Kesehatan Indonesia.
Ditambahkan juga olehnya, kemitraan di seluruh ekosistem kesehatan sangat penting untuk membuka manfaat dari data dan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
“Sistem perawatan kesehatan menghadapi tekanan yang sangat besar untuk memberikan perawatan pasien berkualitas tinggi di tengah kurangnya tenaga kerja dan populasi pasien yang terus bertambah di berbagai belahan dunia,” kata Roy Jakobs, CEO Royal Philips.
Disampaikan olehnya bahwa Philips membantu mendorong perubahan sistemik untuk meningkatkan kapasitas di seluruh layanan perawatan kesehatan.
Perubahan yang melihat teknologi, praktik klinis, pembiayaan, dan regulasi sebagai satu kesatuan yang terintegrasi.
Baca Juga: Dialami Komedian Parto Patrio, Ini Gejala Batu Ginjal yang Tak Boleh Disepelekan
"Itulah sebabnya kolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan dan perawatan serta pemerintah sangat penting, karena bersama-sama kita dapat membantu memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang, di seluruh lingkungan perawatan,” tambah Jakobs.
Hal tersebut juga disetujui oleh Astri R. Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia, bahwa industri layanan kesehatan di Indonesia berada pada momen yang krusial.
"Harapan kami adalah dialog ini dapat mendorong kerjasama yang kohesif menuju digitalisasi untuk mengatasi kesenjangan dalam tenaga kerja, wawasan data, dan keberlanjutan," ujar Astri.
Peran Philips adalah mendukung dengan inovasi yang berkelanjutan dan menjawab kebutuhan pasien serta penyedia layanan kesehatan secara langsung.
"Melalui kerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya, kami yakin dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi masyarakat dan planet ini,” tutupnya.
(*)