Baca Juga: Inge Anugrah Ingatkan agar Perempuan Berdaya, Bekerja, dan Asah Skill
Dengan tuntutan yang terus meningkat dan sedikitnya dukungan dari masyarakat, banyak perempuan modern yang mulai bertanya, "Mengapa mereka harus terus berperan sebagai pengasuh jika tidak dihargai?"
Akibatnya, semakin banyak perempuan yang menolak peran tradisional ini demi menghindari menjadi warga negara kelas tiga.
Penolakan terhadap Peran Ibu dan Pengasuh
Perempuan masa kini banyak yang tidak lagi tertarik untuk memiliki anak, menyebabkan angka kelahiran menurun di berbagai negara, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Selain itu, banyak perempuan yang tidak lagi tertarik untuk berkencan atau hidup bersama laki-laki karena beban kerja mereka meningkat drastis.
Dampak Penolakan Perempuan terhadap Masyarakat
Penolakan perempuan terhadap peran sebagai pengasuh, ibu, dan istri mulai membuat banyak pihak khawatir.
Banyak laki-laki yang merasa kesulitan menemukan pasangan yang bersedia menerima peran tradisional ini.
Fenomena ini kemungkinan besar bukan hanya tren sesaat, tetapi bisa saja menjadi norma baru.
Perempuan modern kini lebih fokus pada karier dan kehidupannya, dan tidak lagi merasa perlu memenuhi harapan masyarakat yang tidak memberikan penghargaan yang layak.
Perubahan sikap ini menunjukkan bahwa perempuan modern tidak lagi mau menjadi tumpuan masyarakat yang tidak menghargai peran mereka.
Mereka telah mulai mengambil kendali atas hidupnya sendiri, menolak peran pengasuh yang selama ini dibebankan kepada mereka tanpa imbalan yang setimpal.
Mungkinkah Kawan Puan yang tidak terpikir untuk menikah dan punya anak juga merasakan hal yang sama?
Baca Juga: Berjuang dalam Karier dan Keluarga, Riset Ungkap Perempuan Lebih Supportif ke Pasangan
(*)