Parapuan.co - Implementasi Kurikulum Merdeka kini sudah dilakukan di banyak sekolah.
Kurikulum Merdeka sendiri dikembangkan untuk mendukung visi pendidikan Indonesia dan pemulihan pembelajaran.
Ada beberapa karakteristik dari Kurikulum Merdeka seperti fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam.
Untuk diketahui bahwa Kurikulum Merdeka berbeda dengan Kurikulum 2013 atau K13.
Misalnya, fokus Kurikulum Merdeka adalah pengembangan karakter dan moral siswa sedangkan K13 berfokus pada kemampuan akademik siswa secara umum.
Bukan itu saja, pelaksanaan Kurikulum Merdeka juga lebih fleksibel sementara K13 lebih terstruktur dan memiliki pedoman.
Bagi pendidik yakni guru, penerapan Kurikulum Merdeka memiliki tantangan tersendiri.
Merangkum dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut ulasan lengkapnya.
Tantangan Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka
Baca Juga: Bermula dari Rumah, Begini Peran Penting Perempuan di Ranah Pendidikan
1. Guru Sebagai Pilar Utama Pelaksana
Eksistensi guru dalam penerapan kurikulum merdeka merupakan sebagai lokomotif dan penggerak keberhasilan berbagai program merdeka belajar, seperti:
- Pembelajaran berdiferensiasi.
- Pelaksanaan project penguatan profil pelajar pancasila dan asesmen pembelajaran.
- Pemberdayaan teknologi sebagai alat pendukung pembelajaran.
Karena itu, penguatan keberadaan guru melalui program pengembangan sesuai kebutuhan perlu dilakukan secara terus menerus dan konsisten.
Apalagi jika melihat hasil program pengembangan profesi guru selama ini belum memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan mutu kualitas di Indonesia.
Berbagai upaya pengembangan yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan melalui brainstorming awal, in house training, workshop, kegiatan focus group discusion (FGD) antar guru, seminar-seminar, forum berbagi praktik baik dan pemberdayaan jaringan program musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) serta terlibat dalam pemberdayaan platform merdeka mengajar (PMM).
Tanpa adanya upaya-upaya pengembangan kompetensi guru tersebut, maka pencapaian dan optimalisasi peran guru dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka akan mengalami hambatan dan bisa jadi menjadi masalah baru.
2. Pemberdayaan Fasilitas Teknologi Berbasis Digital
Baca Juga: Belajar Jadi Guru dari Karakter Perempuan di Sinopsis Drakor Queen's Classroom
Sebagaimana arah proses pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka yang berbasis teknologi, maka pemberdayaan teknologi digital sudah saatnya untuk dilakukan bagi setiap guru mata pelajaran dalam layanan pembelajaran.
Hal ini mengisyaratkan bahwa saat ini dan ke depan setiap guru diharuskan untuk menguasai teknologi digital sebagai basis dalam kegiatan pembelajaran.
Padahal, tidak semua guru menguasai teknologi digital, apalagi mereka yang berasal dari generasi baby boomer.
3. Menjalankan Fungsi Asesmen Pembelajaran
Salah satu aspek penting yang sering diabaikan sekolah dalam pencapaian tujuan pelaksanaan kurikulum adalah asesmen pembelajaran.
Saat ini asesmen pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru secara umum masih terbatas dan terfokus pada asesmen akhir.
Padahal jika merujuk pada konsep dalam teori evaluasi dan pembelajaran, pelaksanaan asesmen mestinya mencakup pada asesmen awal, asesmen proses (assessement for and as learning) dan akhir pembelajaran (assessement of learning).
Rangkaian proses asesmen tersebut juga merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan terintegrasi dalam proses pembelajaran, bersifat siklus dan tidak linier.
Kawan Puan, demikian berbagai tantangan yang dihadapi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Semoga para guru dapat menghadapi berbagai macam tantangan tersebut agar pelaksaan Kurikulum Merdeka dapat berjalan lancar.
Baca Juga: 5 Skill yang Perlu Dimiliki sebelum Melamar Kerja Jadi Guru Era Merdeka Belajar
(*)