Parapuan.co - Belakangan ini media banyak membicarakan tentang dugaan penganiayaan oleh guru honorer Supriyani.
Melansir Kompas.com, guru honorer Supriyani dituduh memukul muridnya, siswa kelas 1 SD putra Kanit Intelkam Polsek Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Supriyani membantah tuduhan pemukulan, tetapi pihak orang tua siswa melanjutkan kasus ini ke pengadilan.
Terlepas dari kasus yang sedang bergulir terkait guru honorer Supriyani, ada satu hal yang mesti Kawan Puan jadikan pelajaran berharga.
Bahwasanya, anak-anak mungkin akan mengalami ditegur atau bisa saja dipukul oleh gurunya di sekolah.
Namun, kamu juga perlu paham bahwa seorang guru tidak akan menegur atau melakukan perbuatan tidak menyenangkan lainnya kepada anak didik, bila siswa terkait tidak melakukan kesalahan.
Lantas jika anak kita ditegur atau didisiplinkan oleh guru dan mengadu pada kita, apa yang harus dilakukan?
Berikut beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua dalam menyikapi aduan anak!
1. Komunikasi Terbuka dengan Anak
Baca Juga: Siswa Bisa Pilih Mata Pelajaran, Ini Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka
Mulailah dengan mendengarkan cerita anak tanpa menghakiminya. Tanyakan apa yang terjadi dan bagaimana perasaannya terhadap teguran tersebut.
Pastikan anak merasa didengarkan dan pahami perspektifnya untuk membantu mengidentifikasi apakah teguran yang didapat terkait perilaku, kesulitan akademik, atau masalah sosial.
2. Minta Penjelasan Detail dari Guru
Setelah berbicara dengan anak, langkah selanjutnya adalah menghubungi guru untuk memahami konteks di balik teguran tersebut.
Tanyakan apakah perilaku anak terjadi pada waktu tertentu, misalnya saat kelas olahraga, yang bisa mengindikasikan kecemasan performa.
Jika perilaku yang kurang baik sering muncul sebelum atau sesudah aktivitas tertentu, ini bisa menjadi petunjuk tentang apa yang menjadi pemicu stres atau kecemasan pada anak.
3. Bantu Anak Atasi Kecemasan dan Menemukan Cara Menyalurkan Energi
Jika anak terlihat memiliki energi berlebih atau menunjukkan perilaku yang menarik perhatian, bantu untuk memahami bagaimana mengalihkan energinya secara positif.
Sebagai contoh, orang tua bisa berdiskusi dengan guru mengenai kegiatan siswa di sekolah.
Baca Juga: Kurikulum Merdeka Tuntut Siswa Cari Materi Sendiri? Simak Faktanya
Misalnya membahas jam tambahan di kelas atau membantu guru dengan aktivitas sederhana, agar anak bisa menyalurkan energinya.
Untuk anak yang mungkin mengalami kecemasan terkait performa, coba bantu anak mengatasinya dengan dukungan emosional.
Jika anak merasa takut diolok-olok karena kemampuan olahraganya, latihlah bersama di rumah dan tekankan bahwa setiap orang memiliki keahlian dan kelemahan.
4. Ajarkan Tanggung Jawab dan Refleksi Diri
Tekankan pentingnya mengikuti aturan di sekolah dan berikan dorongan pada anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya.
Sampaikan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan perhatian positif adalah dengan mengikuti aturan dan berprestasi dalam tugas-tugasnya.
Meninjau kembali aturan kelas bersama anak dapat membantu mereka memahami ekspektasi yang ada.
5. Evaluasi dan Konsultasi dengan Ahli Jika Masalah Berlanjut
Setelah menerapkan strategi-strategi seperti disinggung pada poni-poin sebelumnya, periksa apakah ada perubahan dalam perilaku anak.
Jika perilaku tidak membaik atau semakin memburuk, konsultasikan dengan dokter atau ahli perkembangan anak.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, orang tua dapat membantu anak menghadapi situasi sulit dan membangun keterampilan sosial, emosional, dan akademik yang lebih baik di sekolah.
Semoga informasi di atas bermanfaat dan menambah wawasan, ya.
Baca Juga: Sistem Kenaikan Kelas dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, Tak Ada Siswa Tertinggal
(*)
*Sebagian artikel ini dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI).