Parapuan.co - Seiring perubahan zaman, pandangan masyarakat terhadap pernikahan juga ikut berubah.
Jika dulu pernikahan di usia muda adalah hal yang umum, kini semakin banyak anak muda yang memilih untuk menikah di usia lanjut.
Angka pernikahan terus menurun dan usia menikah pun semakin tua.
Melansir dari Kompas.com berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa mayoritas pemuda Indonesia belum menikah.
Saat ini, sekitar 68,29 persen pemuda belum melangsungkan pernikahan, sementara mereka yang sudah menikah hanya sekitar 30,61 persen.
Pada tahun 2012, sebanyak 3 dari 10 warga berusia 15-49 tahun masih melajang, dan jumlah ini meningkat pada 2023 menjadi 4 dari 10 warga, dengan status lajang lebih umum di kalangan laki-laki (43,9 persen) dibandingkan perempuan (30,7 persen).
Penundaan pernikahan ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia.
Melansir dari Deseret.com, data Sensus Amerika Serikat terbaru menunjukkan bahwa rata-rata usia menikah bagi laki-laki kini mencapai 30 tahun, sementara perempuan berada di usia 28 tahun.
Menurut grafik dari thehill.com, pada 1950, usia menikah rata-rata bagi anak muda adalah awal 20-an.
Baca Juga: Apa Itu Cold Feet Jelang Pernikahan? Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
Namun, setelah 2000, usia rata-rata meningkat menjadi di atas 25 tahun dan terus bertambah hingga sekarang, meskipun laki-laki menikah sedikit lebih muda dibandingkan tahun 2020.
Pada usia dewasa produktif antara 25 hingga 54 tahun, jumlah orang Amerika yang menikah menurun dari lebih dari dua pertiga pada 1990 menjadi hampir setengahnya saat ini.
Namun, meskipun angka pernikahan menurun secara umum, menikah di usia paruh baya mulai menunjukkan sedikit peningkatan.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa tingkat pernikahan pertama bagi mereka yang berusia paruh baya meningkat 74 persen untuk perempuan dan 45 persen untuk laki-laki dari 1990 hingga 2019.
Bahkan, sekitar 10 persen dari mereka yang menikah pertama kali kini berada pada rentang usia 40 hingga 59 tahun.
Ada sejumlah alasan mengapa banyak orang memilih untuk menikah di usia matang, seperti yang dilansir dari Desert.com:
1. Stabilitas Ekonomi
Ketidakstabilan keuangan sering menjadi alasan utama generasi muda menunda pernikahan.
Generasi milenial memandang pernikahan sebagai langkah yang berisiko secara finansial, sehingga mereka cenderung menundanya hingga mencapai kestabilan keuangan.
Baca Juga: Apa Itu Open Marriage, Konsep Hubungan Pernikahan yang Lebih Bebas?
Biasanya, stabilitas ini baru dicapai di usia yang lebih tua, yang membuat sebagian orang lebih memilih menunggu.
Namun, pernikahan sebenarnya memiliki kaitan dengan kestabilan ekonomi yang lebih baik.
Brad Wilcox dari Institute for Family Studies menekankan bahwa pernikahan dapat memengaruhi akumulasi kekayaan secara independen.
Karena pasangan menikah bisa memanfaatkan skala ekonomi, seperti berbagi tempat tinggal, makanan, dan biaya lainnya, sehingga lebih mudah membangun kekayaan.
2. Prioritas Pendidikan dan Karier
Banyak orang memilih menunda pernikahan demi fokus pada pendidikan atau peluang karier, yang dianggap lebih prioritas daripada memulai keluarga.
Selama beberapa dekade terakhir, jumlah ibu dan ayah yang tidak menikah telah meningkat, dan pernikahan tidak selalu menjadi prasyarat untuk memiliki anak.
Pendidikan dan karier yang cemerlang dianggap menjadi kunci sukses dari sebuah pernikahan dan keluarga, sehingga mereka memilih untuk memprioritaskan dua hal tersebut.
3. Penurunan Religiusitas
Baca Juga: Pevita Pearce Menikah, Kapan Waktu Terbaik Mengumumkan Pernikahan?
Rendahnya angka pernikahan juga dipengaruhi oleh penurunan religiusitas, kekecewaan publik terhadap pernikahan, serta masalah ekonomi dan pekerjaan yang tidak stabil, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah dan berpendidikan menengah.
Secara umum, orang yang menikah cenderung lebih religius dan tetap berpegang pada nilai-nilai agama.
Namun, dengan menurunnya partisipasi dalam agama, orang yang tidak religius cenderung lebih memilih hidup bersama daripada menikah.
4. Ancaman Perceraian
Kekhawatiran terhadap tingginya angka perceraian juga menjadi alasan mengapa generasi muda menunda pernikahan.
Di Amerika Serikat, sekitar separuh dari pernikahan pertama berakhir dengan perceraian, dengan rata-rata lamanya pernikahan hanya sekitar delapan tahun.
Risiko perceraian lebih tinggi pada pernikahan kedua dan ketiga dibandingkan pernikahan pertama.
Ancaman perceraian membuat sebagian generasi muda berpikir dua kali sebelum menikah.
Mereka yang menikah di usia sekitar 30 tahun lebih kecil kemungkinannya bercerai dibandingkan yang menikah di usia lebih muda, kecuali di kalangan yang religius.
Baca Juga: Bisa Picu Konflik, Pahami Pentingnya Uang dalam Hubungan Pernikahan
Bagi Kawan Puan yang sedang mempertimbangkan pernikahan atau memilih untuk menundanya, ingatlah bahwa keputusan ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang unik bagi setiap individu.
(*)
Ken Devina