Seperti Reporter Felicia Amelinda yang Bertaruh Nyawa, Pahami Ini Risiko Jadi Jurnalis

Arintha Widya - Jumat, 1 November 2024
Risiko menjadi seorang jurnalis, terkadang bisa bertaruh nyawa seperti reporter TV One Felicia Amelinda.
Risiko menjadi seorang jurnalis, terkadang bisa bertaruh nyawa seperti reporter TV One Felicia Amelinda. LanaStock

Parapuan.co - Kawan Puan, berita duka datang dari rekan-rekan jurnalis TV One yang mengalami kecelakaan di tol Pemalang, Kamis (31/1/2024) lagi.

Kecelakaan tersebut menewaskan dua jurnalis TV One dan seorang lagi merupakan pengemudi mobil.

Sementara itu melansir Kompas.com, ada dua jurnalis selamat, yakni Felicia Amelinda dan Geigy Yudhistira.

Melihat kejadian yang menimpa Felicia Amelinda dan rekan-rekan jurnalis TV One lainnya, menjadi seorang jurnalis memang bisa dibilang berisiko.

Terlebih jika harus bekerja di lapangan, mengunjungi lokasi-lokasi tertentu, melaporkan dari tempat berkonflik, dan sebagainya.

Mengutip Indeed, berikut ini berbagai risiko bekerja sebagai jurnalis yang dapat kamu pertimbangkan sebelum menekuni profesi ini!

1. Terkadang Berbahaya

Meskipun tidak selalu demikian, jurnalisme kadang bisa menjadi karier yang berbahaya.

Sebagian jurnalis bisa saja mengunjungi daerah-daerah yang tidak stabil untuk mengumpulkan cerita atau melaporkan situasi yang sedang berkembang.

Baca Juga: Hari Pers Nasional, Begini Cara Jadi Jurnalis dan Skill yang Dibutuhkan

Memasuki area-area ini dapat membuat jurnalis menghadapi situasi berbahaya atau kompromi.

Jurnalis mungkin harus bepergian ke lokasi yang belum dikenal dan melaporkan cerita yang sedang berlangsung, sehingga menempatkan mereka di tengah situasi yang penuh kekerasan atau menakutkan.

2. Kompetitif

Jurnalisme bisa menjadi bidang yang kompetitif, dan menemukan peluang yang tepat bisa membutuhkan kesabaran dan komitmen.

Banyak jurnalis menghabiskan beberapa tahun pertama karier profesionalnya sebagai penulis lepas, penulis iklan, atau penulis tetap untuk penerbit kecil atau koran lokal.

Melalui kerja keras, sebagian jurnalis yang mampu bertahan akan dapat naik jabatan dan mendapatkan akses ke artikel yang menarik minat mereka.

Namun, biasanya jurnalis baru tidak memiliki pilihan terhadap topik yang mereka tulis.

Karena persaingan sangat ketat, jurnalis yang sukses sering kali perlu mengembangkan keterampilan menulis, komunikasi, penyuntingan, dan wawancara.

Dengan begitu, mereka dapat membedakan diri dari kompetitor dan naik ke peran yang lebih diinginkan.

Baca Juga: Riset Sebut Jurnalis di Asia Tenggara Adopsi dan Jadikan AI sebagai Rekan di Meja Redaksi

3. Terkadang Banyak Tuntutan

Bekerja sebagai jurnalis terkadang sangat menuntut. Editor dan pengawas kadang-kadang menetapkan tenggat waktu yang ketat, yang mengharuskan jurnalis menyelesaikan cerita dengan cepat.

Perjalanan yang sering dilakukan juga dapat membuat jurnalis jauh dari rumah dalam jangka waktu lama.

Kadang-kadang, menjadi jurnalis memberikan tekanan untuk terus menemukan cerita baru dan menarik.

4. Eksposur

Risiko lainnya menjadi seorang jurnalis adalah eksposur yang sering kali menyertainya.

Meski eksposur dapat menjadi hal yang baik bagi jurnalis yang ingin memperkuat reputasi sebagai jurnalis, hal ini juga bisa membuat mereka menjadi target bagi orang-orang yang tidak setuju dengan pandangan mereka.

Jika seorang jurnalis menulis artikel yang kontroversial, mereka mungkin menerima kritik atau bahkan jurnalis lain mungkin menulis tanggapan atas karya mereka yang diterbitkan.

Menerbitkan artikel berarti jurnalis menempelkan nama mereka pada cerita tersebut, dan bisa ada konsekuensi jika mereka tidak mendapatkan fakta yang akurat.

Itulah tadi sejumlah risiko yang mungkin dialami jurnalis ketika sedang menjalani profesinya. Semoga informasi di atas menambah wawasan!

Baca Juga: Ada Jurnalis, 5 Pekerjaan Ini Cocok untuk Tipe Kepribadian Ekstrovert

(*)

Sumber: Kompas.com,Indeed
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Tips Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Bagi Pekerja Gen Z, Simak