Selingkuh dan Maskulinitas dalam Serial Jangan Salahkan Aku Selingkuh Marshanda

Arintha Widya - Senin, 4 November 2024
Selingkuh dan Maskulinitas yang tergambar dalam series Jangan Salahkan Aku Selingkuh.
Selingkuh dan Maskulinitas yang tergambar dalam series Jangan Salahkan Aku Selingkuh. YouTube WeTV Indonesia

Baca Juga: Menurut Psikolog, Ini Alasan Pasangan Selingkuh Meski Sudah Menikah

Keterkaitan Antara Perselingkuhan dan Maskulinitas

Di tengah masyarakat kita, perselingkuhan sering kali dianggap sebagai kegagalan moral individu.

Namun, jika kita melihat dari sudut pandang sosiologis, perilaku ini dapat dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk ekspektasi dan peran gender, termasuk tentang maskulinitas.

Perspektif ini memberikan pemahaman bahwa ada faktor eksternal yang turut berperan dalam membentuk perilaku perselingkuhan.

Penelitian yang dilakukan selama setahun dengan melibatkan 46 laki-laki pengguna situs Ashley Madison, mengungkapkan bahwa kebutuhan mereka dalam perselingkuhan tidak hanya terkait dengan hasrat seksual.

Banyak dari mereka menginginkan validasi emosional dan dukungan dari hubungan tersebut, yang berhubungan erat dengan persepsi tentang maskulinitas.

Maskulinitas yang Terancam

Laki-laki yang terlibat dalam penelitian tersebut mengaku merasa menjadi "kekecewaan" bagi istri mereka, baik karena ketidakpuasan seksual atau ketidakmampuan untuk memenuhi tugas rumah tangga.

Hal ini menciptakan perasaan gagal sebagai laki-laki, yang pada akhirnya mengancam identitas maskulinitas mereka sendiri.

Baca Juga: Dibintangi Marshanda, Ini Sinopsis Series dan Cara Nonton Jangan Salahkan Aku Selingkuh

Perselingkuhan, dalam hal ini, memberikan "pelarian" di mana mereka merasa dihargai dan diperhatikan.

Pasangan selingkuh menawarkan pujian, mendengarkan keluh kesah, serta memberikan perhatian pada detail keseharian yang sering terabaikan dalam pernikahan.

Hal ini menjadi bentuk validasi maskulinitas yang sulit mereka dapatkan di dalam rumah tangga.

Pandangan sosiologis ini menunjukkan bahwa tekanan sosial yang membentuk konsep maskulinitas turut memengaruhi cara lelaki memandang peran dan kebutuhan emosional mereka dalam hubungan.

Ekspektasi sosial yang bertentangan, yaitu di satu sisi meminta pria menjadi sosok tanpa emosi dan di sisi lain menuntut mendukung pasangan secara emosional, menempatkan mereka dalam posisi sulit.

Pria yang merasa kehilangan validasi maskulinitas dalam pernikahannya berpotensi untuk mencari sumber pengakuan ini di luar hubungan formal mereka.

Seperti dilakukan Dimas dalam serial Jangan Salahkan Aku Selingkuh, yang merasa tidak aman dengan maskulinitasnya karena sejumlah hal.

Salah satunya lantaran Anna mempunyai karier sebagai psikolog dan konselor yang sukses, sedangkan Dimas seorang sales marketing yang sering tidak mencapai target di perusahaan tempatnya bekerja.

Kawan Puan sudah menyaksikan serial Jangan Salahkan Aku Selingkuh belum, nih?

Baca Juga: Jadi Perempuan Berdaya, Begini Karakter Marshanda di Series Jangan Salahkan Aku Selingkuh

(*)

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Mungil Tapi Kaya Nutrisi, Ini Manfaat Kesehatan Mengonsumsi Tomat Ceri