Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Memahami Kekalahan Kamala Harris di Negara Kiblat Kesetaraan Gender

Tim Parapuan - Sabtu, 9 November 2024
Kamala Harris kalah dari Donald Trump
Kamala Harris kalah dari Donald Trump Dok. koreatimes.co.kr

 

Pasalnya, pada masa kampanye tidak hanya diwarnai oleh perdebatan mengenai kebijakan dan visi masa depan, tetapi juga mencuatnya isu seksisme dan rasisme yang masih mengakar dalam politik AS.

Kekalahan ini, bagi banyak pengamat, mengingatkan pada kekalahan Hillary Clinton dalam pemilu 2016.

Di mana seksisme dan rasisme masih menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi politik yang berkembang di negeri Paman Sam.

Rasisme dan Seksisme: Dinamika yang Tidak Pernah Hilang

Berdasarkan analisis Tresa Undem, seorang peneliti opini publik, ras dan gender masih menjadi faktor yang sangat memengaruhi dinamika politik di AS.

Harris, meskipun memiliki rekam jejak yang cemerlang sebagai jaksa dan senator, tetap tidak lepas dari kritik tajam yang kerap kali terkontaminasi oleh prasangka rasial dan seksis.

Salah satu bentuk penghinaan yang mencuat adalah pernyataan Donald Trump yang menyebut Harris sebagai "orang paling bodoh dalam sejarah negara ini," dengan menekankan aspek IQ rendah.

Pernyataan seperti ini bukan hanya menyerang kapasitas intelektualnya, tetapi juga mencerminkan bagaimana seksisme dan rasisme saling bersinergi untuk mereduksi kredibilitas dan elektabilitas seorang perempuan, apalagi yang berasal dari kelompok etnis minoritas.

Baca Juga: Profil Kamala Harris, Wapres Joe Biden yang Bakal Maju Jadi Capres AS

Sumber: Kompas.com,pewresearch.org
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.



REKOMENDASI HARI INI

Tingkat Stres Rendah, Ini 5 Lowongan Kerja Gaji Besar di Industri Hijau