Jangan Khawatir, AI Tidak Gantikan Manusia Tetapi Bermanfaat untuk Ini

Arintha Widya - Rabu, 13 November 2024
Pemanfaatan AI di dunia kerja, manusia tidak perlu merasa tergantikan.
Pemanfaatan AI di dunia kerja, manusia tidak perlu merasa tergantikan. pakorn sungkapukdee

Parapuan.co - Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, terutama bisnis.

Sampai-sampai, banyak pekerja khawatir bisnis atau industri tempat mereka bekerja menggunakan AI sepenuhnya untuk menggantikan mereka.

Ingat, Kawan Puan tidak semestinya terlalu khawatir akan penggunaan AI di dunia kerja.

AI tidak akan dapat menggantikan manusia. Justru, manusia yang bisa memanfaatkan AI di dunia kerja untuk sejumlah hal. Apa saja?

Simak informasinya seperti diungkap AI Expert dan Co-Founder Feedloop.ai, Ajie Santika dalam media gathering Lazada sebagaimana melansir Kompas.com di bawah ini!

1. AI untuk Meningkatkan Produktivitas

Dalam sektor bisnis, AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan profit perusahaan tanpa perlu menambah sumber daya manusia.

Menurut Ajie, AI mampu membuat proses bisnis menjadi lebih efisien, sehingga profit dapat ditingkatkan.

"Prinsip kami, AI itu meningkatkan profit. Kenapa? Karena sumber daya manusia tetap, tapi produktivitasnya meningkat," kata Ajie Santika.

Baca Juga: Perempuan Kerja Punya Risiko Lebih Besar Bersaing dengan AI, Kenapa?

Dengan kata lain, keberadaan AI memungkinkan perusahaan mengoptimalkan kinerja tanpa menambah jumlah tenaga kerja, yang pada akhirnya berdampak positif pada ekonomi perusahaan.

Selain itu, AI yang terintegrasi dengan tenaga kerja terlatih juga akan memberikan efek ekonomi yang besar bagi negara.

Dengan bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia, Ajie menambahkan bahwa dukungan AI terhadap tenaga kerja bisa menciptakan dampak ekonomi berskala global.

"Dengan bonus demografi, bayangkan kalau tenaga kerja kita didukung dengan AI, terus kita bisa memberikan impact yang skalanya global," papar Ajie.

Ajie juga mengatakan, "Itu menurut saya snowball effect ekonominya akan besar."

2. AI Membuka Akses Inklusif

Menurut Ajie, AI juga memiliki peran penting dalam meningkatkan inklusivitas layanan.

Ajie menilai bahwa AI dapat membuat layanan yang sebelumnya hanya tersedia secara eksklusif, kini dapat diakses oleh banyak orang.

Salah satu contohnya adalah fitur personal shopper berbasis AI yang kini diterapkan di platform e-commerce seperti Lazada, di mana pengguna bisa mendapatkan rekomendasi produk secara personal.

Baca Juga: 8 Tools AI yang Bisa Membantu Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar

"Dulu kayaknya kita harus belanja sesuatu yang lumayan mewah atau luxury, baru kita punya personal shopper, tapi sekarang kebutuhan sehari-hari pun bisa menggunakan layanan ini. Bahkan cuma belanja online pun kita juga bisa punya personal shopper," ungkap Ajie.

Inovasi ini menunjukkan bagaimana AI membuat layanan yang sebelumnya mewah kini menjadi lebih inklusif dan terjangkau.

3. Menciptakan Peluang Kerja Baru dengan AI

AI tidak hanya menggantikan pekerjaan tertentu, tetapi juga menciptakan jenis pekerjaan baru yang mungkin sebelumnya belum ada.

Ajie mencontohkan kemunculan profesi seperti content creator, yang merupakan hasil dari perkembangan digital.

Ia yakin bahwa AI akan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru seiring dengan perkembangan teknologi.

"Kalau saya lihat jobs itu akan berubah bentuk, tapi tidak akan menggantikan manusia," tutur Ajie lagi.

"Seperti dulu, kita nggak ada kenal istilah content creator kan, kita kenalnya videografer atau writer," terangnya.

Ajie menjelaskan pula bahwa, "Mungkin nanti ada multiple jobs yang terbentuk dan terbangun, tapi secara unit ekonomis akan naik."

Baca Juga: Penggunaan AI dalam Tren Transformasi Digital di Ranah Pendidikan Indonesia

Jadi kalau kita lihat di beberapa riset, jobs-nya akan berubah. Jadi manusianya pun harus cepat beradaptasi," tambah Ajie.

4. AI Bukan Pengambil Keputusan Akhir

Walaupun AI mampu melakukan analisis yang canggih, Ajie menegaskan bahwa AI tidak boleh menjadi pengambil keputusan utama.

Pada akhirnya, keputusan final tetap berada di tangan manusia yang memiliki pemahaman lebih holistik.

"AI itu membantu kita membuat keputusan, tapi keputusan akhir tetap di tangan manusia," ucap Ajie.

"AI bisa menjadi asisten, corporate secretary, atau teman kerja, tetapi bukan pengambil keputusan utama," tegasnya.

Manusia masih memegang kendali dalam setiap keputusan penting, menjadikan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti.

Dengan kemampuan yang terus berkembang, AI membuka potensi besar bagi dunia kerja dan ekonomi.

Akan tetapi, AI tetap membutuhkan peran aktif manusia untuk memaksimalkan potensinya secara bijaksana dan efektif.

Baca Juga: Inklusi Gender: Penyetaraan Peran Perempuan dalam Artificial Intelligence

(*)

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Prediksi Karakteristik Generasi Beta yang Dimulai Tahun 2025