Baca Juga: Apakah Menyebar CV Efektif untuk Mencari Pekerjaan? Begini Kata HR
Di sisi lain, sebanyak 83 persen pekerja terbuka untuk melakukan perubahan karier yang drastis atau berspesialisasi dalam bidang baru dibandingkan dengan apa yang mereka pelajari atau lakukan sebelumnya.
Situasi ini menggambarkan bahwa upskilling maupun reskilling menjadi salah satu hal yang cukup krusial untuk dilakukan bagi para pekerja, agar dapat memperluas jenjang karir mereka.
Kesediaan untuk Bertahan di Pekerjaan yang Telah Terlampaui
Ditemukan juga bahwa lebih dari 6 dari 10 (61 persen) pekerja bersedia tetap di pekerjaan yang telah terlampaui selama lebih dari setahun sebelum aktif mencari peluang baru.
Namun, kesediaan ini bervariasi menurut kelompok usia, dengan 44 persen pekerja berusia 18-24 tidak bersedia tinggal lebih dari setahun di posisi yang telah terlampaui, dan 31 persen pekerja berusia 35-54 bersedia bertahan di pekerjaan semacam itu selama lebih dari 5 tahun sebelum aktif mencari pekerjaan baru.
Penemuan ini menyoroti bahwa para pekerja generasi Z memiliki keinginan untuk terus bereksplorasi secara cepat dalam jenjang karier mereka jika dibandingkan dengan generasi Milenial dan X.
Prinsip Rekrutmen yang Adil
Sebanyak 24 persen pekerja Indonesia percaya bahwa bias atau diskriminasi dalam proses rekrutmen telah menghambat kesempatan mereka mendapatkan pekerjaan yang tepat.
Lebih banyak pekerja berusia 18-24 tahun (27 persen) percaya bahwa bias atau diskriminasi dalam proses perekrutan telah menghambat kesempatan mereka mendapatkan pekerjaan yang tepat.
Baca Juga: 3 Hal yang Haram Dilakukan Fresh Graduate Saat Mencari Kerja Menurut HR Expert
Empat belas persen pekerja Indonesia percaya bahwa hambatan budaya atau diskriminasi menghalangi mereka untuk aktif mencari peluang kerja baru.
Lebih banyak pekerja berusia 55+ tahun (19 persen) percaya bahwa hambatan budaya atau diskriminasi menghalangi mereka untuk aktif mencari peluang kerja baru.
Namun, yang menjadi hambatan besar pekerja Indonesia dalam mencari pekerjaan yang diharapkan adalah keterbatasan akses terhadap informasi lowongan kerja yang relevan dengan keterampilan yang dimiliki (37 persen) dan proses melamar pekerjaan yang rumit dan sulit (35 persen).
Hal ini sejalan dengan hasil riset Laporan Ekslusif Jobstreet by SEEK "Decoding Globat Talent 2024: GenAI Edition", yang menyebutkan bahwa faktor penyebab penolakan tawaran pekerjaan terbesar adalah proses rekrutmen yang dijalani oleh kandidat, yakni:
(1) Kesan negatif saat proses wawancara, misalnya pertanyaan diskriminatif (54 persen); dan (2) Pengalaman rekrutmen yang buruk, seperti proses yang lambat (38 persen).
SEEK terus mendukung pasar kerja Indonesia dengan memanfaatkan teknologi berbasis AI melalui platform Jobstreet by SEEK untuk meningkatkan pengalaman dalam pencarian dan pencocokan pekerjaan yang lebih efisien.
Selain itu, Jobstreet terus berkontribusi dalam penciptaan lowongan kerja di seluruh Indonesia melalui gerakan #NextMillionJobs - yang ditujukan untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja, meningkatkan peluang kerja, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui kolaborasi dengan perusahaan, sektor swasta, dan pemerintah.
Melalui gerakan #NextMillionJobs, Jobstreet by SEEK mengajak publik untuk terus optimis terhadap peluang kerja yang semakin terbuka di seluruh Indonesia.
Jadi meski mencari kerja sama sulitnya dengan mencari jodoh, Kawan Puan bisa memanfaatkan platform pencarian lowongan pekerjaan untuk mempermudah usahamu.
Baca Juga: Viral Dugaan Pelecehan Seksual Rekrutmen Via LinkedIn, Jobseeker Perlu Waspada Red Flag Ini
(*)