Parapuan.co - Di era digital seperti sekarang, teknologi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan.
Untuk turut menunjang proses pembelajaran yang efektif, penggunaan aplikasi pembelajaran digital (APD) menjadi sangat penting untuk membantu anak-anak belajar.
Dengan fitur-fitur interaktif dan konten yang menarik, aplikasi ini bisa menjadi pendamping belajar yang ideal bagi anak-anak.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil studi persepsi terhadap 302 responden pendamping belajar, termasuk guru, orang tua, dan wali murid, yang menggunakan aplikasi pembelajaran digital (APD) di Indonesia.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh Enuma Indonesia, penyedia teknologi pendidikan, menunjukkan bahwa aplikasi pembelajaran digital tetap diminati sebagai alat bantu pendidikan, bahkan setelah masa pandemi berlalu.
Para pendamping belajar memilih APD karena kemudahan dalam mencari materi ajar (94 persen), tampilan aplikasi yang menarik (93 persen), dan kemudahan penggunaannya (92 persen).
Sebanyak 37,5 persen responden pendamping belajar menggunakan APD selama 30–60 menit per sesi dengan frekuensi 2–3 kali per minggu, sementara 16,96 persen menggunakan selama 30 menit per sesi dalam frekuensi yang sama.
Sebanyak 71 persen responden nonpendamping belajar mengakui bahwa kendala jaringan menjadi penghambat utama dalam mengakses APD.
Enuma menyarankan penggunaan selama 30–45 menit per sesi untuk efektivitas pembelajaran.
Baca Juga: Mengenal Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Namun, adopsi teknologi pendidikan juga menghadapi tantangan, terutama terkait kualitas jaringan internet.
Studi ini mengindikasikan bahwa APD telah menjadi bagian integral dalam mendukung pembelajaran literasi dan numerasi anak-anak Indonesia.
Dalam studi tersebut, salah satu temuan menariknya adalah peran pendamping belajar dalam menggunakan APD dianggap dapat membuat pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan.
Menurut, Direktur Enuma Indonesia, Juli Adrian, aplikasi Sekolah Enuma didesain untuk mendorong anak-anak menjadi pembelajar mandiri melalui konsep gamifikasi, di mana anak-anak dapat belajar sambil bermain.
Integrasi yang baik antara pembelajaran konvensional dan digital akan membantu menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap literasi dan numerasi.
"Peran pendamping adalah membimbing anak untuk menuntaskan tantangan atau materi yang ada," ucapnya dalam acara Lokakarya Hasil Studi Riset, Persepsi Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Digital Sebagai Alat Bantu Pembelajaran, di Artotel Gelora Senayan, Jakarta, Kamis (14/11/2024).
"Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan pemerataan akses pendidikan, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal), sangat dibutuhkan," lanjutnya.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodidjah, turut berpendapat bahwa pendampingan dalam penggunaan aplikasi pembelajaran digital sangatlah penting.
Baca Juga: Mengenal Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka dan Tahapan Pelaksanaannya
Menurutnya, literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi merupakan alat hidup.
Pendampingan orang dewasa sangat diperlukan untuk memotivasi anak-anak dalam memanfaatkan aplikasi dan menjadikannya sebagai bekal keterampilan hidup.
"Dengan pendampingan yang tepat, literasi dan numerasi dapat berfungsi sebagai sarana untuk memperbaiki kualitas hidup,” ujar Itje.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Yudhistira Nugraha menyatakan bahwa kemampuan literasi dan numerasi memiliki peran penting dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Kami memiliki enam program prioritas, salah satunya adalah penguatan literasi dan numerasi, di mana pendidikan jarak jauh turut memainkan peran penting," Ucapnya.
"Kami berharap Enuma dapat memfasilitasi pembelajaran digital yang mendukung program pemerintah,” lanjut Yudhistira.
Ia juga menekankan pentingnya konten pembelajaran digital yang sudah terkurasi dan sesuai standar untuk membantu pendidikan literasi dan numerasi anak-anak di seluruh Indonesia.
Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Utama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Gogot Suharwoto menambahkan penguatan literasi dan numerasi merupakan prioritas mereka untuk periode 2024–2029, terutama dalam pendidikan matematika, sains, dan teknologi sejak usia dini.
"Kami percaya bahwa sinergi antara pemerintah, penggiat pendidikan, dan penyedia teknologi pendidikan seperti Enuma sangat penting dalam menciptakan akses infrastruktur pendidikan yang inklusif, terutama bagi daerah-daerah terpencil,” ucapnya.
"Kami berharap integrasi antara pembelajaran konvensional dan digital ini akan menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap literasi dan numerasi,” katanya.
(*)
Baca Juga: Komitmen Pemerintah untuk Perlindungan Anak Berhadapan dengan Hukum
Ken Devina