Parapuan.co - Kawan Puan, baru-baru ini pemerintah telah menetapkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun sudah mengonfirmasi kenaikan PPN 12 persen akan mulai berlaku pada 1 Januari 2025.
Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat pendapatan negara, tak dapat dimungkiri bahwa masyarakat bakal terdampak.
Khususnya bagi kelas menengah, yang beberapa waktu lalu sempat diprediksi akan turun kelas akibat situasi ekonomi seperti sekarang.
Hal ini pulalah yang menjadi perhatian Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal.
Mohammad Faisal menyinggung mengenai dampak kenaikan PPN 12 persen terhadap kelas menengah.
Seperti apa? Di bawah ini informasinya sebagaimana dirangkum PARAPUAN dari Kompas.com!
Kelas Menengah, Korban Utama Kenaikan PPN
Mohammad Faisal menjelaskan, kelas menengah menjadi kelompok yang paling terpukul oleh kebijakan kenaikan PPN 12 persen.
Baca Juga: PPN Naik Jadi 12%: Apa Saja Barang dan Jasa yang Terkena Dampaknya?
"Kalau kelas atas mampu menanggung efek daripada peningkatan PPN ini, tapi tidak demikian dengan kelas menengah," ungkap Faisal, Minggu (17/11/2024) kemarin.
"Karena kelas menengah pada saat sekarang dari sisi daya beli itu sedang mengalami penurunan yang sangat signifikan," paparnya.
Terlebih lagi, kenaikan PPN bukan satu-satunya faktor yang membebani kelas menengah.
Mohammad Faisal menyoroti bahwa kebijakan tersebut datang bersamaan dengan berbagai tekanan lainnya.
Mulai dari rencana kenaikan cukai, pajak tambahan, hingga peningkatan iuran BPJS Kesehatan.
"Permasalahannya bukan hanya PPN ini saja, tapi kombinasi dari berbagai macam kebijakan yang menekan kelas menengah," kata Faisal lagi.
"Padahal dari sisi upah mereka tidak mengalami peningkatan yang signifikan," tambahnya.
Ketimpangan antara pengeluaran yang meningkat dan pendapatan yang stagnan membuat kelas menengah semakin sulit untuk menjaga daya beli mereka.
Dampak pada Konsumsi dan Pertumbuhan Ekonomi
Baca Juga: Step by Step Investasi untuk Kelas Menengah Menurut Perencana Keuangan
Kontribusi kelas menengah terhadap konsumsi nasional sangat signifikan, mencapai 84 persen dari total konsumsi.
Oleh karena itu, tekanan pada kelas menengah akibat kenaikan PPN dapat berdampak serius pada perekonomian secara keseluruhan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perlambatan konsumsi rumah tangga dalam Kuartal III 2024, dengan pertumbuhan hanya mencapai 4,91 persen dibandingkan 4,93 persen pada kuartal sebelumnya.
Hal ini turut memengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang turun menjadi 4,95 persen pada periode yang sama.
"Jadi artinya kalau PPN ini dikenakan akan memiliki dampak yang cukup besar terhadap perlambatan konsumsi secara lebih lanjut," jelas Faisal.
Dan ini berpotensi pada akhirnya juga memperlambat pertumbuhan ekonomi karena yang tertekan adalah kelas yang memberikan kontribusi paling besar terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia," terangnya lagi.
Dampak kenaikan PPN tidak hanya dirasakan di perkotaan. Modernisasi ritel yang telah menjangkau desa-desa turut membawa beban tambahan bagi masyarakat di wilayah tersebut.
"Secara umum akan kena semua, tergantung persentase pengaruhnya. Toh retail-retail modern hari ini sudah sampai ke desa-desa. Namun yang akan paling terpukul kelas menengah tentunya," ungkap Faisal.
Demikian tadi beberapa alasan mengapa kelas menengah disebut yang paling terpukul dengan kebijakan kenaikan PPN 12 persen. Kawan Puan merasakannya juga?
Baca Juga: 7 Ciri Kelas Menengah yang Perlu Diketahui, Apakah Kamu Termasuk?
(*)