- Gula yang ditambahkan selama proses produksi makanan dan minuman. Contoh: gula pasir (sukrosa), fruktosa, glukosa.
Baca Juga: Sama-Sama Gula, Kenali Beda Sukrosa dan Laktosa pada Susu Kemasan
3. Gula Bebas
- Total gula tambahan dalam makanan atau minuman, seperti dalam soda, yogurt rasa buah, dan sereal manis.
Mengenali Gula Tersembunyi dalam Produk Makanan-Minuman
Gula tambahan sering kali tersembunyi di balik nama lain pada label makanan, seperti sukrosa, fruktosa, dekstrosa, sirup jagung tinggi fruktosa, atau jus buah terkonsentrasi.
Untuk menghindarinya, penting memeriksa label kemasan:
- Lihat jumlah "total sugars" dan "added sugars" pada informasi gizi.
- Hindari produk dengan kandungan gula tinggi meskipun diklaim "sehat".
Cek Konsumsi Gula Anak
IDAI menyarankan orang tua untuk mengevaluasi konsumsi gula anak dengan memperhatikan asupan hariannya, seperti:
- Minuman manis: jus buah kemasan, susu rasa coklat, atau soda.
- Cemilan manis yang sering dibeli di sekolah.
"Sebenarnya kita bisa lihat dari konsumsi minuman anak setiap harinya," ungkap Dr. Siska.
"Kita bisa evaluasi tadi beli apa di sekolah, tadi jajan apa, misalnya. Misalnya dia bilang 'saya beli jus buah ini, saya beli jus kotak, susu rasa coklat'," imbuhnya.
"Dari yang mereka konsumsi sehari-hari kita bisa menilai bahwa oh anak saya gulanya berlebih," kata Dr. Siska lagi.
Baca Juga: Waspadai Gula Tersembunyi, Ini 5 Cara Mengurangi Asupan Gula pada Anak
Batas aman konsumsi gula harian anak usia 5 tahun, misalnya, adalah maksimal 5 sendok teh per hari.
Jika konsumsi gula melebihi batas tersebut, anak berisiko mengalami efek buruk dari gula berlebih.
Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?
Rekomendasi skrining diabetes pada anak mulai dilakukan sejak usia 10 tahun atau setelah pubertas, terutama jika:
- Anak memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas persentil 85.
- Orang tua memiliki riwayat obesitas atau diabetes.
Jika tidak ada tanda-tanda obesitas tetapi orang tua khawatir dengan status kesehatan anak, pemeriksaan ke dokter tetap dianjurkan untuk mengevaluasi berat badan, tinggi badan, dan status nutrisi.
"Kalau tidak ada tanda-tanda obesitas tetap harus diperiksakan ke dokter untuk dilihat berapa indeks masa tubuhnya," terang Dr. Siska.
"Nanti akan diukur berat badan, tinggi badan, kemudian akan dilihat bagaimana status nutrisinya. Kalau misalnya khawatir, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter," tutupnya.
Konsumsi gula berlebih pada anak dapat menimbulkan dampak serius, termasuk risiko obesitas, diabetes, dan gangguan pola makan.
Orang tua diharapkan lebih cermat dalam memantau konsumsi gula harian anak, mengenali sumber gula tersembunyi, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika diperlukan.
Dengan langkah pencegahan yang tepat, kesehatan anak dapat terjaga lebih baik untuk masa depan.
Baca Juga: Ibu Perlu Tahu 5 Cara Efektif Mengontrol Asupan Makanan Manis Anak
(*)