Michelle Drerup, PsyD, dari Cleveland Clinic Sleep Disorders Center, menjelaskan bahwa kehamilan mengakibatkan fluktuasi hormon yang dapat menyebabkan kelelahan, kantuk berlebih, serta sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
Selain itu, perimenopause dan menopause juga membawa dampak buruk pada kualitas tidur perempuan, seperti rasa panas atau keringat malam yang dapat mengganggu tidur.
Pascamenopause, perempuan juga lebih rentan mengalami apnea tidur obstruktif, kondisi yang membuat tidur terganggu akibat saluran napas bagian atas yang kolaps.
Hal ini disebabkan penurunan kadar estrogen dan progesteron, yang memiliki fungsi melindungi saluran pernapasan.
Gangguan Tidur yang Umum Dialami Perempuan
Melansir dari Kompas.com, selain faktor hormonal, banyak perempuan mengalami gangguan tidur akibat kondisi medis lainnya.
Selama menstruasi, sepertiga perempuan melaporkan kesulitan tidur akibat kram, sakit kepala, atau perut kembung, yang membuat mereka merasa lelah sepanjang hari.
Selama kehamilan, beberapa perempuan juga menderita sindrom yang membuat mereka sulit tidur.
Gangguan tidur ini terus berlanjut pasca persalinan, di mana perempuan mengalami penurunan kadar hormon dan rutinitas tidur yang terganggu karena merawat bayi baru lahir.
Baca Juga: 4 Tips Mengatasi Stres untuk Kamu yang Super Sibuk, Kelola Waktu Tidur