Penyintas Kekerasan Seksual Berisiko Mengalami Gejala Androfobia

Tim Parapuan - Rabu, 4 Desember 2024
Perempuan penyintas kekerasan seksual berisiko mengalami gejala androfobia.
Perempuan penyintas kekerasan seksual berisiko mengalami gejala androfobia. (iStock)

Ada berbagai metode perawatan yang dapat membantu penyintas mengurangi keparahan gejala androfobia atau bahkan mengatasinya sepenuhnya.

Meskipun begitu, opsi perawatannya masih terbatas dan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Salah satunya adalah terapi perilaku kognitif (CBT) yang berfokus pada mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif.

Terapi pemaparan juga sering digunakan untuk membantu penyintas menghadapi ketakutannya secara bertahap hingga mereka merasa lebih nyaman.

Kemudian, psikoterapi, baik secara individu maupun kelompok, perawatan ini dirancang untuk membantu korban atau menyintas mengidentifikasi dan mengatasi pikiran serta emosi yang tidak diinginkan.

Dan terakhir, penggunaan obat anti kecemasan, perawatan ini dapat diresepkan jika penyintas dan penyedia layanan kesehatan merasa obat tersebut tepat untuk pengobatanya.

Kawan Puan, mendukung penyintas kekerasan seksual bukan hanya soal memberikan empati, tetapi juga menyediakan ruang aman bagi mereka untuk pulih.

Baca Juga: UU TPKS dan Berbagai Kebijakan yang Melindungi Perempuan dari Kekerasan

Dengan edukasi yang tepat dan dukungan dari masyarakat, penyintas dapat mengatasi trauma mereka dan menjalani hidup dengan lebih baik.

(*)

Ken Devina 

Sumber: verywellhealth.com,komnasperempuan.go.id
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Penyintas Kekerasan Seksual Berisiko Mengalami Gejala Androfobia